Rabu 09 Nov 2022 16:49 WIB

Pengamat: Pencalegan Yusuf Mansur Sulit Kerek Elektoral Perindo

Pencalegan tokoh terkenal, seperti UYM, dinilai bisa jadi hanya sporadis saja.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agus raharjo
Pimpinan Umum Daarul Qur
Foto: Republika/Prayogi
Pimpinan Umum Daarul Qur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Para Syndicate, Ari Nurcahyo menilai upaya Partai Perindo yang akan mencalonkan Ustaz Yusuf Mansur sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2024 mendatang upaya untuk menaikkan branding partai. Walaupun hal itu dianggap sah dalam dunia politik, namun ia menilai masih akan sulit bagi Perindo mengerek elektoral partainya hanya dengan seorang Yusuf Mansur.

"Pencalegan hanya salah satu variabel saja yang membentuk tingkat pengenalan dan keterpilihan partai, karena itu kuncinya untuk mobilisasi pemilih adalah bagaimana 'mengintegrasikan' pencalegan, siapapun calegnya, termasuk UYM (Ustaz Yusuf Mansur), dengan branding dan program partai," kata Ari kepada wartawan, Rabu (9/11/2022).

Baca Juga

Ia menekankan upaya mengintegrasikan itu merupakan langkah yang konstruktif dalam membentuk elektoral. Disana kekuatan partai akan saling menguatkan, baik partai maupun calegnya.

Apalagi disaat sistem pemilu proporsional terbuka seperti saat ini, Ari menilai pencalegan hanya merupakan salah satu variabel dari keterpilihan untuk elektabilitas partai. Selain itu dibutuhkan program yang baik dan branding partai yang bagus.

Dari keduanya, yakni daftar caleg dan branding partai, dan ditambah rekam jejak partai, ia yakin itu yang akan menjadi variabel sangat menentukan keterpilihan partai. "Branding dan program partai membentuk image dan persepsi pemilih tentang tingkat pengenalan partai, baru kemudian ke arah tingkat keterpilihan," jelasnya.

Karena itu, ia berpesan, partai saat ini tidak bisa hanya mengandalkan ketokohan calon calon secara instan. Diakui hal itu, memang bisa sementara mengangkat atau mengerek keterpilihan/elektabilitas partai, tapi kalau tidak diintegrasikan dalam branding dan program, maka akan sia-sia.

"Pencalegan tokoh terkenal, seperti UYM, bisa jadi hanya sporadis saja, sulit untuk memberi dampak elektoral yang integratif dan masif untuk partai bersangkutan," tegasnya.

Ia menekankan sejak awal harus disadari, membangun partai bukan sekadar mengincar elektoral. Banyak pekerjaan yang harus ditempuh sebelum sampai ke elektoral atau kursi parlemen. Diantaranya adalah menyiapkan kader-kader handal dan berkualitas, hingga menjalankan program dirasakan rakyat.

"Jadi bukan sekadar hanya rekrutmen caleg, apalagi hanya memilih tokoh yang instan saja," imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement