Senin 07 Nov 2022 21:22 WIB

Reisa: Vaksin Covid-19 Bukan Penyebab Gagal Ginjal Akut pada Anak

Reisa mengatakan vaksin Covid-19 tidak mengandung Etilen Glikol dan Dietilen Glikol.

Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro.
Foto: istimewa
Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru, Reisa Broto Asmoro.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menekankan, vaksin Covid-19 yang dikonsumsi ibu menyusui bukan penyebab terjadinya gangguan ginjal akut pada anak. "Itu tidak benar alias hoaks saja. Meskipun bagi ibu hamil dan ibu menyusui telah melakukan vaksinasi, tapi tidak ada hubungannya dengan gagal ginjal akut pada anak ya," kata Reisa dalam Siaran Sehat yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (7/11/2022).

Menanggapi isu gagal ginjal akut disebabkan dari vaksin Covid-19 yang dikonsumsi ibu menyusui, Reisa menekankan, vaksin Covid-19 tidak mengandung Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) yang diduga terkait dengan kasus gangguan ginjal akut karena melebihi ambang batas.

Baca Juga

Selain itu gagal ginjal akut yang akhir-akhir ini merebak di kalangan anak-anak, juga diduga berasal dari obat yang dijual oleh apotek dalam bentuk sirop atau cairan lainnya dan tercemar oleh kedua kandungan tersebut.

Dengan demikian, Reisa menyatakan vaksin Covid-19 aman bagi seluruh masyarakat karena sudah terbukti kandungannya lebih bermanfaat bagi imunitas tubuh dan sudah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Apalagi dengan tren kasus positif positif maupun kematian yang mulai kembali mengalami kenaikan. Seharusnya masyarakat semakin peduli terhadap kesehatan dirinya dan orang di sekitarnya, dengan segera mendapatkan vaksin Covid-19 di fasilitas layanan kesehatan terdekat.

Menurut Reisa dibanding mengkhawatirkan hoaks yang tidak bisa dipertanggungjawabkan, semua pihak harus menggenjot cakupan dosis booster yang per 6 November 2022 yang masih 27,86 persen atau masih jauh dari target yang ditentukan Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 50 persen.

Sebab, ketahanan negara dapat terjaga jika tidak terjadi lonjakan kasus ataupun tingginya keterisian tempat tidur di rumah sakit (BOR) karena semua warga telah memiliki antibodi yang tinggi dan sanggup melawan virus dalam tubuh. "Ini harus disemangati kembali, bagi semuanya yang belum melengkapi dengan vaksinasi booster, ayo segera melengkapi. Kita butuh kerja sama semua pihak, termasuk kesadaran diri kita sendiri dan sekitar untuk segera menyukseskan target ini," ujar dia.

Oleh karenanya, Reisa meminta setiap pihak untuk tidak menyebarkan hoaks yang membuat masyarakat resah. Masyarakat juga diimbau untuk terus mengikuti perkembangan terkait gagal ginjal akut pada anak, supaya setiap anak dapat terlindungi dan orang tua memiliki pengetahuan yang valid.

Selain itu, Reisa juga meminta agar tidak ada pihak yang mengabaikan bahaya dari Covid-19 meski sub varian baru XBB yang telah ditemukan di 28 negara, memberikan gejala yang lebih ringan terhadap pasien.

"Mohon kepada masyarakat untuk selalu mengecek kebenaran beritanya melalui kanal-kanal resmi pemerintah seperti Kementerian Kesehatan dan BPOM supaya tahu apakah berita yang diterima ini benar atau tidak," kata duta adaptasi kebiasaan baru itu.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement