REPUBLIKA.CO.ID, Aida Fitri menangis saat koreo ciptaannya dipakai oleh group band anyar asal Korea Selatan Treasure saat konser di Olympic Park Hall, Seoul, Korea Selatan. Aida adalah inong (gadis) Aceh yang kerap membuat koreo di aplikasi tiktok miliknya.
Koreo musik “Darari” adalah salah satu koreo tiktok paling fenomenal yang membawa Aida viral dimana-mana. Semua orang bahkan mereka ulang koreo Aida mulai dari orang biasa sampai publik figur negeri ini.
Tak hanya publik figur Indonesia, korea bertajuk ‘Darari Challenge’ itu juga diikuti para idol K-Pop lainnya seperti Hoony WINNER, Jeon Somi, Sandara Park, Haechan NCT dan masih banyak lagi.
Gara-gara viral ‘Darari Challenge’ tersebut, followers Aida di Tik Tok dan Instagram pun meningkat pesat. Mahasiswi Universitas Syiah Kuala, Aceh itu juga mengaku kini banyak mendapat endorse di media sosial. Ia juga kini mengisi seminar-seminar pemuda tentang media sosial dan panggung-panggung hiburan bertajuk influencer media sosial. Ia sangat berterima kasih kepada orang-orang yang turut membantu viralnya ‘Darari Challenge’.
"Iya Alhamdulillah followers meningkat pesat bisa dibilang, endorse juga Alhamdulillah. Pokoknya aku berterima kasih sama warga Tiktok pastinya kalau nggak dari mereka duluan nggak bakal sampai dinotice sama artis Indonesia dan artis Korea. Aku kayak sampai apa ini mimpi gitu," ujarnya, seperti dalam siaran pers.
Aida mengaku idenya muncul saat tengah malam sedang scroll Tiktok dan menemukan inspirasi saat melihat lagu Treasure di beranda media sosial. Ia langsung merekam dan menyebarkan ke media sosial miliknya.
Ada pula Mega Dwi Cahyani remaja kelahiran Purwodadi yang memberikan dampak positif Tiktok kepada keluarganya. Mega yang saat lulus SMA berkeinginan untuk kuliah, tetapi tidak mampu karena orang tua hanya berprofesi sebagai petani dan tidak punya uang untuk biaya kuliah. Bermodalkan trial and error, Mega mencoba mengekspresikan dirinya di media sosial seperti Youtube dan Tiktok.
“Alhamdulillah, uang dari YouTube dan endorse Tiktok bisa buat membangun rumah orang tua. Saya bongkar rumah lama dan dibangun lagi jadi bikin dua rumah. Bisa beli kendaraan tunai, beli tanah 990 meter. Ke depan targetnya ingin mengumrohkan dan menghajikan orang tua," kata gadis yang sempat dijuluki Ratu Tiktok ini karena pengikutnya terbanyak di Indonesia.
Aida dan Mega adalah dua dari 191,4 juta pengguna media sosial di Indonesia atau setara dengan 68,9 persen dari total populasi berdasarkan data dari We Are Sosial 2021. Sementara itu ada 63,1 persen yang menggunakan Tiktok dari jumlah populasi tersebut.
Media sosial dalam penggunaannya ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi dapat memberikan dampak negatif tetapi banyak hal juga dapat memberikan dampak positif. Di tengah gempuran berita hoaks, ujaran kebencian, radikalisme, pornografi dan sebagainya, anak muda diharapkan mampu menunjukkan bela negaranya dalam melawan hal-hal tersebut dengan banyak memproduksi konten positif, unjuk karya dan bakat.
Bambang Gunawan, Direktur Informasi dan Komunikasi Polhukam Kominfo menjelaskan, kebanyakan pengguna media sosial adalah generasi muda dalam rentang usia 15-34 tahun yang lahir sebagai digital native. Ciri dari generasi ini menjadikan internet sebagai bagian integral dari kehidupan mereka.
"Mereka ini banyak melakukan perubahan di media sosial. Untuk itu harus diberikan arahan yang jelas bagaimana menggunakan media sosial yang baik agar tidak terjerumus ke hal-hal yang merugikan pribadi dan orang lain," jelas Bambang.
Dengan itu media sosial akan menjadi ruang informasi yang kondusif dan menjadi sebuah cara baru dalam membentuk peradaban yang positif. Generasi Tiktok bukan berarti anak-anak yang bermain Tiktok saja. Tetapi representasi anak-anak zaman sekarang yang banyak menghabiskan waktu di media sosial dan banyak melakukan gerakan sosial atau hal positif melalui media sosial tersebut.