Selasa 01 Nov 2022 19:09 WIB

Seruan Larang Politik Identitas, Serangan Terselubung untuk Partai Islam? 

Partai Islam cenderung tidak diperhitungkan karena sejumlah faktor

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Qua vadis partai Islam (ilustrasi). Partai Islam cenderung tidak diperhitungkan karena sejumlah faktor

Sementara, ia menilai tokoh Islam yang akan muncul juga tidak bisa menjembatani banyak kekuatan kelompok Islam di Indonesia.

"Akhirnya sekarang kita lihat sekarang banyak bermunculan partai Islam baru, ada partai Ummat, belum lagi yang lama ada PBB ada Partai Masyumi. Sedangkan PPP dan PKS terfragmentasi ke dua kekuatan politik. Jadi bisa dikatakan fragmentasi ini membuat kekuatan Islam semakin tidak dominan," paparnya.

Kondisi ini, menurut dia, sangat berbeda jauh seperti era era awal pemilu Indonesia di Orde Lama, dimana ada kekuatan Masyumi yang cukup kuat. Kemudian era Orde Baru ada kekuatan PPP yang bisa jadi penyeimbang, termasuk di era pemilu awal Reformasi 1999 ada kekuatan politik Poros Tengah yang juga cukup diperhitungkan. 

Setelah itu sejak 2019, menurut dia, kekuatan politik dan tokoh umat Islam semakin terpecah, terfragmentasi dan akhirnya semakin tidak diperhitungkan.

Kondisi tersebut, ia nilai juga terlihat saat ini. Ketika ada nama bakal calon presiden, ternyata kekuatan partai politik Islam atau tokoh Islam bukan sebagai penentu. 

"Kekuatan partai politik Islam dan tokoh Islamnya hanya sebagai pendukung, itu pun terfragmentasi dan bukan sebagai penentu," ujar Siti.

Baca juga: Dihadapkan 2 Pilihan Agama Besar, Mualaf Anita Yuanita Lebih Memilih Islam

Sementara ada kekuatan dan tokoh Islam lain, terlihat tidak berani muncul karena khawatir jadi sasaran kampanye anti politik identitas. Padahal, jelas Siti, mereka bukan bagian dari politik identitas yang sering dituduhkan anti ke bhinekaan, anti Pancasila dan menyeru perpecahan.

"Politik identitas yang membuat perpecahan itukan tuduhan, sengaja untuk menyamaratakan seolah Islam sama dengan politik identitas yang mengajak ke perpecahan. Padahal sebenarnya bukan seperti itu, politik Islam itu adalah politik yang justru mengedepankan kemajuan bangsa," tegasnya.

Menurut dia, kampanye seperti inilah yang akhirnya membuat kekuatan kekuatan politik Islam semakin memudar. Ditambah dengan kekuatan media sosial, maka semakin terfragmentasi kekuatan politik dan tokoh Islam. 

 

Maka wajar menurut dia, apabila ada potensi kekuatan politik Islam dan tokoh Islam muncul, maka langsung diserang dengan berbagai isu politik identitas, untuk meredam kekuatan Islam tersebut.     

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement