Selasa 01 Nov 2022 19:09 WIB

Seruan Larang Politik Identitas, Serangan Terselubung untuk Partai Islam? 

Partai Islam cenderung tidak diperhitungkan karena sejumlah faktor

Rep: Amri Amrullah / Red: Nashih Nashrullah
Qua vadis partai Islam (ilustrasi). Partai Islam cenderung tidak diperhitungkan karena sejumlah faktor
Qua vadis partai Islam (ilustrasi). Partai Islam cenderung tidak diperhitungkan karena sejumlah faktor

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA – Kekuatan politik Islam semakin ke sini semakin memudar dan terpecah atau terfragmentasi ke dalam arus kekuatan politik kelompok nasionalis. 

Padahal, kata pengamat dan peneliti Politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, kekuatan politik Islam ini sebenarnya sudah menjadi bagian dari sejarah politik di Indonesia.

Baca Juga

Siti Zuhro mengatakan saat ini setidaknya hanya ada dua kelompok kekuatan partai Islam yang masih bisa disebut menyuarakan kepentingan umat Islam. 

Yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), karena keduanya masih berideologi Islam, walaupun ada beberapa partai lain seperti Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai partai berbasis ormas Islam.

"Kekuatan politik Islam kini telah terfragmentasi ke dalam kekuatan politik lain, sehingga semakin tidak diperhitungkan. Bagitu juga tidak ada lagi tokoh-tokoh politik Islam yang kuat dan mampu menjembatani antarkelompok Islam, sementara kampanye anti politik identitas kian kuat. Ini semakin memperlemah kekuatan politik Islam," jelas analis politik yang akrab disapa Mbak Wik ini, Selasa (1/11/2022).

Padahal sejatinya, terang dia, antara politik identitas dan politik Islam itu sebenarnya sangat berbeda. 

Dimana politik Islam, menurut dia, lebih mengedepankan nilai kebajikan dalam Islam yang rahmatan lil alamain, dengan nilai persatuan, nilai kemajemukan, nilai kemajuan, anti dengan kemunafikan dan sebagainya.

Baca juga: Pengakuan Mengharukan di Balik Islamnya Sang Diva Tere di Usia Dewasa

Namun, karena ada pihak yang tidak ingin kekuatan politik umat Islam ini besar dan dominan, maka dia menilai, dimainkanlah isu anti politik identitas untuk menyerang juga kekuatan politik Islam.

Sementara partai-partai yang masih yang masih konsisten memperjuangkan nilai nilai keislaman, bukan perpecahan dan identitas semata selalu diberi stigma negatif oleh beberapa kalangan. 

Seperti pendukung khilafah, anti Pancasila dan pro asas syariat Islam dan lainnya. Di sisi lain, ujar dia, ancaman perpecahan juga membuat partai dengan kekuatan Islam, semakin rapuh. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement