Jumat 28 Oct 2022 00:38 WIB

Eks Kapolri Ungkap Reformasi Kultural Menjadi Beban Polri Sejak Dulu

Reformasi gaya hidup anggota Polri diklaim sudah dimulai sejak lama.

Mantan Kapolri Jenderal (Purn) Dai Bachtiar (tengah) memberi keterangan pers usai bertemu dengan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10/2022). Sebanyak tujuh mantan Kapolri di antaranya Jenderal Polisi (Purn) Dai Bachtiar, Jenderal Polisi (Purn) Timur Pradopo, Jenderal Polisi (Purn) Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Polisi (Purn) Roesmanhadi, Jenderal Polisi (Purn) Chairuddin Ismail, Jenderal Polisi (Purn) Badrodin Haiti dan Jenderal Polisi (Purn) Soetanto tersebut memberikan dukungan moral kepada Kapolri terkait peristiwa yang melibatkan anggota Polri pada akhir-akhir ini.
Foto: ANTARA /Humas Polri
Mantan Kapolri Jenderal (Purn) Dai Bachtiar (tengah) memberi keterangan pers usai bertemu dengan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10/2022). Sebanyak tujuh mantan Kapolri di antaranya Jenderal Polisi (Purn) Dai Bachtiar, Jenderal Polisi (Purn) Timur Pradopo, Jenderal Polisi (Purn) Bambang Hendarso Danuri, Jenderal Polisi (Purn) Roesmanhadi, Jenderal Polisi (Purn) Chairuddin Ismail, Jenderal Polisi (Purn) Badrodin Haiti dan Jenderal Polisi (Purn) Soetanto tersebut memberikan dukungan moral kepada Kapolri terkait peristiwa yang melibatkan anggota Polri pada akhir-akhir ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri ke-17 Jenderal (Purn) Tan Sri Dai Bachtiar mengatakan, reformasi kepolisian sudah lama dilakukan, bahkan di era kepemimpinan nya. Namun untuk reformasi dari aspek kultural, masih membutuhkan waktu.

"Reformasi sudah lama dilakukan sejak berpisahnya TNI dan Polri, dari 2001 sampai 2005 saya sudah melakukan reformasi seperti itu. Tapi memang reformasi yang perlu waktu adalah aspek kultural," ujar Bactiar di Mabes Polri, Jakarta, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga

Menurut Bachtiar, reformasi aspek kultural ini memerlukan peran serta dari lingkungan sekitar. Aspek kultural tidak hanya terkait perilaku personel Polri semata.

"Kultural bukan hanya karena perilaku polisinya, tetapi juga tergantung pada lingkungannya. Lingkungannya siapa? Masyarakat itu terjadi. Jadi perubahan kultural di polisi juga dipengaruhi oleh perubahan pada masyarakat itu sendiri, itu yang dirasakan menjadi beban kita semua," kata Bachtiar.

Termasuk juga terkait gaya hidup personel Polri yang menjadi perhatian Presiden Joko Widodo, menurut Bachtiar persoalan gaya hidup itu bukan terjadi sekarang saja. Gaya itu sudah terjadi dari masa seniornya hingga Kapolri berikutnya. Bahkan, sudah ada arahan yang mengimbau personel untuk bergaya hidup sederhana, merakyat sesuai lingkungannya.

"Jangan sampai polisi berada di lingkungan masyarakat, tetapi polisinya tampil berbeda itu sudah disampaikan, kembali masalah kultural memang membutuhkan waktu," ucap matan kapolda Jatim ini.

Menanggapi pernyataan Dai Bactiar, pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Bambang Rukminto menilai reformasi kepolisian belum berjalan. Terutama pada reformasi struktural dan instrumental.

Tidak berjalannya reformasi struktural dan instrumental Polri, mengakibatkan selama 20 tahun setelah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri, aspek kultural di institusi Polri lebih parah daripada saat masih berada dalam ABRI. "Kultur hedon, arogansi, lebih parah daripada saat orde baru," kata Bambang.

Ia juga menyebutkan, saat orde baru, arogansi dilakukan militer. Saat ini, setelah TNI kembali ke barak, arogansi yang dulu dilakukan militer dilakukan oleh polisi.

"Kultur hedon juga tercipta karena struktur dan instrumen tak mampu untuk mencegah gaya hidup mewah itu terjadi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement