Kamis 27 Oct 2022 18:27 WIB

Empat Pasien Baru Subvarian XBB di Indonesia dalam Kondisi Sehat

Angka kematian subvarian omicron lebih rendah dari varian lainnya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ilham Tirta
Petugas kesehatan berbincang dengan pasien Covid-19 (ilustrasi).
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Petugas kesehatan berbincang dengan pasien Covid-19 (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menemukan empat kasus subvarian Omicron XBB di Indonesia. Kemenkes menyebutkan, empat orang tengah menjalani isolasi mandiri (isoman) dan sehat karena meski XBB lebih cepat menular, namun angka kematiannya lebih rendah.

"Kalau dicermati, empat kasus XBB di Indonesia ditemukan dengan tes Polymerase Chain Reaction (PCR) yang jadi alat diagnosis untuk deteksi kasus," ujar Direktur Surveilans dan Kekarantinaan Kesehatan Kemenkes, Achmad Farchanny Tri Adryanto saat konferensi virtual, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga

Satu kasus yang ditemukan ada di Jawa Timur dan tiga lainnya di Jakarta. Dari empat kasus ini, tercatat yang punya riwayat perjalanan luar negeri hanya dua kasus. Mereka dari Singapura. Kendati demikian, mereka orang yang berbeda yang tidak saling kenal.

"Empat kasus XBB ini dialami perempuan dan semuanya sudah menjalani isoman dan kondisinya saat ini sehat," ujarnya.

Terkait gejala yang timbul dari empat kasus XBB, semuanya ringan seperti batuk pilek dan ada yang demam. Bahkan, satu kasus lainnya tidak mengeluhkan gejala. "Kalau dilihat kecenderungannya memang XBB ini semuanya bergejala ringan," ujarnya.

Ia menambahkan, ketika bercermin dari Singapura, risiko orang yang terkena sub varian XBB ini masih jauh lebih rendah dibandingkan sub varian omicron lainnya, yaitu BA.5 dan BA.2. Jadi, tingkat keparahan akibat XBB dibandingkan sub varian lain relatif lebih rendah.

"Tetapi dia (XBB) lebih cepat menular," ujarnya.

Terkait mutasi sub varian ini, ia mengakui sejak awal disampaikan para pakar bahwa mutasi adalah keniscayaan dan virus ini akan terus bermutasi. Jadi, Kemenkes mengimbau masyarakat mau tidak mau harus beradaptasi untuk hidup bersama-sama dengan virus ini dengan melakukan penyesuaian.

"Sehingga, kita tetap paham dan bisa mengatasi mutasi virus ini," katanya. Kemenkes berharap mutasi ini bisa semakin ringan.

Subvarian Omicron XBB menyebabkan lonjakan kasus Covid-19 yang tajam di Singapura, diiringi dengan peningkatan tren perawatan di rumah sakit.

“Peningkatan kasus gelombang XBB di Singapura berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali gelombang BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2,” kata Juru Bicara Covid-19 Kemenkes, M Syahril.

Sejak pertama kali ditemukan, sebanyak 24 negara melaporkan temuan Omicron varian XBB, termasuk Indonesia. Kasus pertama XBB di Indonesia merupakan transmisi lokal, terdeteksi pada seorang perempuan berusia 29 tahun yang baru saja kembali dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.

“Ada gejala seperti batuk, pilek, dan demam. Ia kemudian melakukan pemeriksaan dan dinyatakan positif pada 26 September. Setelah menjalani isolasi, pasien telah dinyatakan sembuh pada 3 Oktober," ujar Syahril.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement