REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri Palestina Mohammad I.M. Shtayyeh di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Senin (24/10/2022). Acara diawali dengan upacara penyambutan saat kedatangan PM Palestina di Istana Bogor.
Kemudian saat penanaman pohon bersama dalam rangkaian upacara penyambutan, Perdana Menteri Palestina Mohammad I.M. Shtayyeh pun menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Jokowi. Penanaman pohon ini merupakan salah satu kegiatan rutin saat penyambutan tamu negara.
Jokowi dan Shtayyeh kemudian menanam pohon meranti sebagai lambang persahabatan kedua negara. Pohon meranti atau Shorea leprosula ditanam di halaman belakang Istana Kepresidenan Bogor yang juga menjadi lokasi tempat penanaman pohon para kepala negara lain yang berkunjung di Indonesia.
Shtayyeh mengibaratkan, pohon meranti yang ditanam bersama merupakan pohon Yerusalem yang ada di Indonesia.
"Terima kasih banyak. Ini adalah pohon Yerussalem di hati Indonesia. Terima kasih pak Presiden karena telah mewujudkan ini," kata Shtayyeh.
Usai melakukan penanaman pohon, keduanya kemudian melanjutkan acara pertemuan bilateral bersama para delegasi. Usai pertemuan bilateral, kedua pemimpin menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) kemudian melakukan pernyataan pers bersama di Ruang Teratai. Rangkaian penyambutan resmi ini pun diakhiri dengan jamuan santap siang kenegaraan bagi PM Shtayyeh di Ruang Garuda.
Tampak hadir dalam acara ini yakni Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Kepala BPOM Penny Lukito, serta Dirjen Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu Abdul Qadir Jaelani.
Diketahui Palestina adalah satu-satunya negara peserta Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang hingga kini belum merdeka karena pendudukan Israel.
Secara bilateral, Palestina terus berupaya untuk menggalang pengakuan dari berbagai negara. Hingga 14 September 2015, tercatat 136 negara dari 193 anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara.
Dunia internasional hingga saat ini terus mendorong terwujudnya solusi damai antara Palestina dan Israel yang berdasarkan utamanya pada prinsip "two-state solution", sebagaimana dimandatkan dalam berbagai resolusi Majelis Umum (MU) dan Dewan Keamanan (DK) PBB.
Namun, berbagai tantangan semakin menghadang perjalanan proses perdamaian di antara keduanya, milsanya, keputusan AS pada 6 Desember 2017 untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan diikuti dengan pemindahan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem pada 14 Mei 2018.
Indonesia konsisten menyuarakan hak-hak rakyat Palestina, termasuk mendorong berdirinya negara Palestina di bawah prinsip "two-state solution" termasuk dalam penyelenggaraan Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada April 2015 yang menyepakati Declaration on Palestine untuk menggarisbawahi dukungan negara-negara Asia dan Afrika terhadap perjuangan bangsa Palestina memperoleh kemerdekaannya dan upaya menciptakan two-state solution.
Indonesia juga memberikan bantuan berupa pelatihan dan pengembangan kapasitas bagi 1.257 warga Palestina di bidang infrastruktur, teknologi, informasi, pariwisata, "light manufacturing" dan pertanian senilai 1,5 juta dolar AS bagi warga Palestina di bawah kerangka the Conference on Cooperation among East Asian Countries for Palestinian Development (CEAPAD) dan bantuan sebesar Rp20 miliar untuk pembangunan "Indonesian Cardiac Center" di RS As-Shifa di Gaza.