Rabu 12 Oct 2022 19:35 WIB

Zelenskyy Minta 'Perisai Udara' kepada Para Pemimpin G7

Zelenskyy meminta para pemimpin G7 memberi Ukraina 'perisai udara'

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Pakar Ukraina memeriksa mobil yang hancur setelah penembakan di pusat kota Kyiv (Kiev), Ukraina, 10 Oktober 2022. Ledakan dilaporkan terjadi di beberapa distrik di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 10 Oktober. Sedikitnya sembilan orang tewas dan puluhan luka-luka akibat serangan itu, kata Layanan Darurat Negara (SES) Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari 2022 memulai konflik yang telah memicu kehancuran dan krisis kemanusiaan.
Foto: EPA-EFE/SERGEY DOLZHENKO
Pakar Ukraina memeriksa mobil yang hancur setelah penembakan di pusat kota Kyiv (Kiev), Ukraina, 10 Oktober 2022. Ledakan dilaporkan terjadi di beberapa distrik di ibukota Ukraina, Kyiv, pada 10 Oktober. Sedikitnya sembilan orang tewas dan puluhan luka-luka akibat serangan itu, kata Layanan Darurat Negara (SES) Ukraina. Pasukan Rusia memasuki Ukraina pada 24 Februari 2022 memulai konflik yang telah memicu kehancuran dan krisis kemanusiaan.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta para pemimpin negara-negara Kelompok 7 (G7) untuk membantu lebih banyak untuk pertahanan udara Ukraina. Sebelumnya G7 berjanji untuk mendukung Kiev selama yang diperlukan.

Dalam pertemuan virtual yang digelar Selasa (11/10/2022), Zelenskyy meminta para pemimpin G7 memberi Ukraina "perisai udara" untuk menghentikan Rusia dari mengebom kota-kota Ukraina.

"Saya meminta Anda untuk memperkuat upaya keseluruhan untuk membantu secara finansial dengan pembuatan perisai udara untuk Ukraina. Jutaan orang akan berterima kasih kepada Kelompok Tujuh atas bantuan semacam itu," kata Zelenskyy seperti dikutip laman Aljazirah.

Ia juga memperingatkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin masih memiliki ruang untuk eskalasi lebih lanjut. Sementara itu dalam pernyataan bersama yang dirilis pada akhir pertemuan, G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat berjanji untuk melanjutkan dukungan keuangan, kemanusiaan, militer, diplomatik dan hukum selama seperti yang diperlukan ke Ukraina.

Mereka menegaskan kembali bahwa serangan terhadap penduduk sipil merupakan kejahatan perang dan berjanji untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Putin dan mereka yang bertanggung jawab. Para pemimpin juga memberikan dukungan mereka pada kampanye Ukraina untuk merebut kembali wilayah yang dianeksasi oleh Rusia dan mengecam sikap nuklir baru-baru ini.

"Kami menyesalkan langkah-langkah eskalasi Rusia yang disengaja, termasuk mobilisasi parsial pasukan cadangan dan retorika nuklir yang tidak bertanggung jawab, yang membahayakan perdamaian dan keamanan global," kata pernyataan G7. "Kami menegaskan kembali bahwa setiap penggunaan senjata kimia, biologi, atau nuklir oleh Rusia akan menghadapi konsekuensi yang berat," tambah pernyataan bersama tersebut.

Kendati begitu, G7 tidak secara khusus menanggapi permintaan Zelenskyy untuk meningkatkan pertahanan udara. Sebelumnya, Kremlin menolak pertemuan G7 tersebut.

Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan, Moskow mengharapkan 'konfrontasi' dengan Barat. "Suasana menjelang KTT dipahami dengan baik; itu mudah diprediksi. Konfrontasi akan berlanjut," kata Peskov, seraya menambahkan bahwa Rusia akan mencapai tujuan yang ditetapkan di Ukraina.

Rusia pada Senin (10/10/2022) meluncurkan lebih dari 80 rudal di beberapa kota Ukraina yang menewaskan sedikitnya 19 orang dan melukai puluhan lainnya. Penembakan rudal berlanjut pada Selasa, dengan satu orang tewas di Zaporizhzhia dan serangan juga dilaporkan di Lviv.

Pengeboman Rusia dikatakan sebagai pembalasan atas ledakan pada Sabtu pekan lalu yang merusak jembatan Kerch yang menghubungkan Rusia dengan Krimea. Putin menyalahkan Ukraina atas ledakan itu dan memperingatkan tanggapan "berat" terhadap serangan lebih lanjut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement