Setelah pandemi Covid-19 mereda, siswa kembali harus melakukan pembelajaran tatap muka di sekolah. Namun, kondisi ruang kelas yang ada tak memungkinkan untuk digunakan.
Asep menyebutkan, terdapat enam ruang kelas yang ada di SDN Sinagar. Namun, empat unit di antaranya rusak berat dan satu rusak sedang. Hanya satu ruangan yang bisa digunakan untuk proses KBM.
Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan, pihak sekolah akhirnya menurunkan genting di ruang kelas yang mengalami kerusakan. Sementara siswa belajar di ruangan lain yang tersedia. Sisanya, harus belajar di ruang kelas tak beratap.
"Sebelum ada ruang kelas darurat, siswa belajar mushala, panggung, dan di ruang kelas yang tak beratap. Ketika hujan, anak-anak disuruh pulang," kata Asep.
Menurut dia, pihak sekolah sudah melaporkan peristiwa itu ke dinas terkait dan mengajukan perbaikan. Namun, proses perbaikan tak kunjung dilakukan.
Alhasil, para guru, orang tua siswa, dan warga sekitar sekolah, berinisiatif membangun gubuk sebagai ruang kelas darurat. "Jadi sejak Senin kemarin, siswa kelas 1, 2, dan 5, belajar di ruang darurat. Satu kelas di panggung, satu di mushala, satu di ruang kelas yang masih baik," ujar dia.
Menurut dia, meski harus belajar di tempat seadanya, para siswa SDN Sinagar tetap antusias. Apalagi, warga sekitar juga mendukung agar proses KBM tetap bisa berjalan meski sekolah rusak.
Namun, ia berharap pemerintah dapat secepatnya melakukan perbaikan. "Soalnya belajar di ruang darurat itu tidak akan efektif. Apalagi kalau hujan, pasti terkena air cipratan," kata dia.