Rabu 12 Oct 2022 02:54 WIB

Pendangkalan Sungai Disebut Memicu Banjir di Kabupaten Cilacap

Banjir di Kabupaten Cilacap melanda di 14 kecamatan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agus raharjo
Warga mengangkut motor menggunakan gerobak melewati genangan banjir di Desa Kawunganten, Cilacap, Jateng, Sabtu (8/10/2022). Curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen mengalami bencana banjir dan longsor yang menyebabkan satu orang meninggal akibat tertimpa longsor.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria
Warga mengangkut motor menggunakan gerobak melewati genangan banjir di Desa Kawunganten, Cilacap, Jateng, Sabtu (8/10/2022). Curah hujan tinggi selama beberapa hari terakhir menyebabkan sejumlah wilayah di Kabupaten Banyumas, Cilacap, Kebumen mengalami bencana banjir dan longsor yang menyebabkan satu orang meninggal akibat tertimpa longsor.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG—Cuaca yang cenderung ekstrem di sebagian besar wilayah Jawa Tengah dalam beberapa pekan terakhir disebut menjadi pemicu terjadinya bencana banjir di sejumlah wilayah di Jawa Tengah. Khusus di wilayah Kabupaten Cilacap, banjir yang menggenang di sejumlah kecamatan diduga disebabkan hujan dengan intensitas sedang hingga deras yang terjadi selama tiga hari berturut- turut.

“Pada Jumat dan Sabtu pekan kemarin, hujan deras turun dalam durasi waktu yang panjang,” tutur Kepala pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD provinsi Jawa Tengah, Bergas Penanggungan, yang dikonfirmasi Selasa (11/10/2022).

Baca Juga

Ia menyebut masalah pendangkalan sejumlah sungai yang ada di Kabupaten Cilacap, juga menjadi faktor pendukung terjadinya banjir. Banjir sendiri terjadi di Kabupaten Cilacap yang melanda 14 kecamatan.

Menurutnya, penebangan pohon di lahan Perhutani mengakibatkan daya serap tanah menjadi berkurang. Pendangkalan juga dipicu oleh perubahan tata guna lahan di kawasan hulu dan perubahan tata ruang di hilir.

BPBD Provinsi Jawa Tengah, lanjut Bergas, terus koordinasi dengan BPBD daerah serta memberikan dukungan penuh dalam melakukan aksi penanganan terhadap warga terdampak bencana banjir.

Termasuk ikut serta menyebarkan informasi cuaca maupun peringatan dini terhadap potensi terjadinya bencana akibat fenomena cuaca yang dikeluarkan oleh Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) guna mendukung upaya antisipasi.

Sebab, berdasarkan prakiraan cuaca yang dikeluarkan BMKG, saat ini sebagian wilayah Jawa Tengaah sudah memasuki musim hujan dan puncaknya bakal berlangsung pada bulan Januari-Februari 2023 nanti.

Maka, pada saat masa peralihan musim (dari musim kemarau ke musim hujan) seperti sekarang ini, masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem. “Pemerintah daerah juga diminta aktif menyosialisasikan informasi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan akibat bencana alam yang terjadi akibat cuaca ekstrem tersebut,” tegas Bergas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement