REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Kementerian Perhubungan (Kemenhub) melalui Direktorat Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian mengusulkan pembangunan trem Kota Bogor dirancang satu paket dengan pembangunan lanjutan Light Rail Transit (LRT) Tahap II Cibubur-Baranangsiang. Hal tersebut telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bogor dan akan ditegaskan dalam Peraturan Daerah (Perda) Transportasi yang masih dalam pembahasan.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bogor, Rudy Mashudi, menjelaskan Pemkot Bogor sudah menyelesaikan Perda RTRW yang di dalamnya mengandung substansi perkeretaapian dalam kota atau trem ini, termasuk kawasan transit oriented development (TOD). Hal itu dilakukan guna mendukung konektivitas antara LRT, trem dan juga kereta api yang menjadi program strategis nasional.
“Sudah. Sudah masuk RTRW. Nanti ditegaskan lagi di Perda Transportasi. Sedang dibahas sama dewan. Seharusnya nanti di masa sidang akhir tahun,” kata Rudy kepada Republika, Selasa (11/10/2022).
Rudy menyebutkan, ada dua kunci dalam transportasi. Yakni integrasi dan konektivitas.
Berbicara jangka panjang ke depan, kata dia, ketika ada LRT di Kota Bogor maka Pemkot Bogor harus mengkoneksikan angkutan yang ada di dalam kota. Sebab, jika tidak ada konektivitas maka dikhawatirkan bisa terjadi bottle neck.
“Masalahnya kalau ada bottle neck itu nanti kita punya masalah baru. Nah tentu komunikasi komunikasinya harus dari sekarang. Menyamakan anggaran pusat dengan kita,” jelasnya.
Sementara itu, Plt. Dirjen KA Kemenhub, Zulmafendi, menyambut baik rencana pembangunan moda transportasi kereta dalam kota atau trem oleh Pemkot Bogor. Menurutnya, trem merupakan salah satu solusi alternatif transportasi di Kota Bogor di tengah kondisinya yang semakin padat.
Ia menuturkan, Bogor dikenal sebagai kota yang hijau, nyaman, tenang dan sejuk. Kota Bogor sebagai daerah penyangga ibu kota, sangat berpotensi dilakukan pengembangan. Sehingga butuh didukung oleh moda transportasi yang memadai.
"Sangat kami dukung baik rencana ini. Ditjen KA sangat gembira dan menyambut baik bagaimana planning ke depan untuk pengembangan trem yang menjadi salah satu moda dan solusi pengaturan lalu lintas di Kota Bogor yang nyaman seperti dulu," bebernya.
Secara teknis, Zulmafendi memiliki usulan jika pembangunan trem Kota Bogor disatu-paketkan dengan pembangunan lanjutan LRT Tahap II Cibubur-Baranangsiang. Lanjutan pembangunan itu juga sudah memiliki studi dan perencanaan.
"Ini baru pemikiran sementara, apakah mungkin langsung digabung. Dan bisa saja Pemkot diuntungkan dengan itu. LRT dengan trem saling connecting, jadi nanti bisa sama-sama kita kaji," jelasnya.
Dengan usulan itu, Zulmafendi mengatakan Kemenhub siap membentuk tim untuk konsentrasi terhadap trem Kota Bogor. Sehingga dengan studi kelayakan atau feasibility study (FS) yang sudah ada tinggal dimatangkan kembali.
Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, mengatakan perencanaan trem Kota Bogor sudah cukup matang. Setelah FS yang sudah dilakukan Colas Rail, Pemkot Bogor juga sudah melakukan komunikasi dengan PT KAI dan kajian dari Universitas Indonesia (UI).
"Kami butuh arahan lebih lanjut dari Kemenhub bagaimana langkah ke depan. Kami juga sudah berkomunikasi dengan PT INKA, mereka berharap (trem) bisa terwujud," jelas Dedie.
Dia menambahkan, trem menjadi transportasi yang representatif. Jika Kota Bogor sukses dalam menjalankan moda transportasi trem, maka akan menjadi contoh untuk kota-kota lainnya.