REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik dari Universitas Negeri Jakarta Ubedilah Badrun melihat, politik di Tanah Air berjalan semakin dinamis setiap pekan setelah deklarasi Anies Baswedan oleh Nasdem. Di antaranya Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri atas tiga partai Golkar, PPP dan PAN menjadi daya tarik bagi Ganjar dan Puan untuk bersaing melawan Anies.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), belakangan ikut mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai bakal capres. Sementara itu, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto pada Sabtu (8/10/2022), bertemu Ketua DPP PDI, Puan Maharani.
"Sejak awal berdirinya KIB, terdiri atas Golkar, PAN dan PPP, terlihat dimaksudkan untuk mengusung Ganjar Pranowo berpasangan dengan Airlangga untuk pemilu 2024," kata Ubedilah Badrun, Senin (10/10/203).
Sebab, koalisi itu, dia meyakini, dibentuk di tengah menguatnya isu Ganjar sedang tidak Harmonis dengan PDIP. "Jadi, saya tidak heran jika DPP PPP mendekati Ganjar meskipun DPD PPP DKI Jakartanya mendekat ke Anies Baswedan," tegasnya.
Jika kemudian Airlangga melakukan pendekatan ke Puan Maharani, dia memandang, ada dua makna yang bisa dibaca. Pertama, itu upaya penjajakan politik oleh Airlangga atau loby - loby politik Airlangga ke Puan Maharani. Kedua itu bisa ditafsirkan gimmick politik saja.
Soal bakal calon dari PDIP, apakah Ganjar atau Puan, menurut dia, memiliki peluang yang sama untuk dicalonkan menjadi Capres. Sebab, Ganjar kemungkinan dicalonkan oleh KIB dan Puan dicalonkan oleh PDIP. Sedangkan, keduanya sudah memiliki pendukung loyal baik di internal PDIP maupun di relawan akar rumput.
Kemudian terkait posisi Anies, siapa bakal cawapresnya? Karena bagaimanapun, menurut dia, bakal cawapres juga akan sangat menentukan kekuatan suara Anies dan efek ekor jas terhadap partai politik yang mendukung.
Ubedilah melihat, sejauh ini soal cawapres Anies masih dimungkinkan berasal dari koalisi partai yang mendukungnya. "Misalnya, AHY dari Partai Demokrat dan atau Salim Segaf dari PKS," ucapnya.
Karena dari dua nama tersebut, dianggap tidak terlalu resisten terhadap pendukung loyalis Anies dari kelompok Islam konservatif. Hal ini terkait kemungkinan pendukung FPI atau PA 212 agar tidak cabut dukungan Ke Anies, karena bagaimana mereka sangat kuat dalam menyuarakan dukungan.
"Sebab secara empirik keduanya (FPI dan PA 212) memiliki hubungan kultural yang kuat dengan Anies. Jadi peluang Anies mendapat dukungan dari kelompok ini sangat tinggi," ujarnya.