Kamis 06 Oct 2022 17:21 WIB

Perubahan Peta Pemilih Nasdem Seusai Usung Anies Jadi Capres

Survei SMRC mencatat, dukungan pemilih Nasdem dari Indonesia Timur menurun.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyampaikan pidato dalam acara Deklarasi Calon Predisen (capres) Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Senin (3/10/2022). Partai Nasdem resmi mengusung Anies Baswedan menjadi capres dalam perhelatan Pilpres 2024 mendatang. Republika/Prayogi.
Foto:

Analis Politik sekaligus CEO & Founder Voxpol Center Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago, menilai keputusan Nasdem mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres pada Pilpres 2024 mendatang merupakan langkah yang berani. Menurutnya, deklarasi tersebut berpotensi membuat Partai Nasdem ditinggal pemilihnya.

"Dalam konteks basis akar rumput (grassroot), ada yang punya pandangan bahwa ketika Nasdem mengusung Anies maka basis akar rumput Nasdem akan melemah dan Nasdem berpotensi ditinggal pemilihnya sendiri karena terjadinya split ticket voting/ Hal ini terjadi karena ketidak sesuaian antara pilihan elite dengan suara akar rumput," kata Pangi kepada kepada wartawan, Kamis.

Ia menjelaskan, perilaku pemilih Nasdem ini setidaknya bisa dilihat dari beberapa hasil survei. Dalam hasil survei Voxpol Center bulan Juli lalu, Pangi mengungkapkan, pemilih Partai Nasdem untuk Indonesia Timur seperti Papua, NTT, Manado lebih signifikan memilih Ganjar sebesar 78,8 persen, Anies sebesar 36,7 persen. Sebaliknya Anies Baswedan justru unggul di DKI Jakata 81,3 persen, Jawa Barat dan Banten. 

"Ada potensi Nasdem melakukan penetrasi melebarkan wilayah basis pemilihnya, betulkah pemilih partai akan migrasi memilih Nasdem apabila nantinya terbukti  pengaruh Anies effect menguat?" ucapnya. 

Ia meyakini Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh, sudah mengkalkulasi secara matematika politik, mengkaji secara terukur, terkait keputusan untuk mengusung Anies sebagai capres. Nasdem tinggal menyakinkan Partai Demokrat dan PKS, apakah nanti salah satu dari kader Demokrat dan PKS menjadi cawapres pasangan Anies. Atau nanti koalisi yang dibangun klik pada 'persamaan kepentingan'.

"Misalnya koalisi bersyarat Partai Demokrat, siap bergabung berkoalisi mengusung Anies dengan syarat membawa nama kandidasi AHY sebagai cawapres pasangan Anies, dan begitu juga PKS misalnya klik pada persamaan kepentingan dengan tawaran yang lebih menarik meminta jatah menteri yang lebih banyak karena tidak memaksakan memasang kadernya untuk diajaukan sebagai capres dan cawapres, dan itu sah-sah saja. Partai ikut kontestasi pemilu, kemudian ketika menang, power sharing mengambil alih kekuasaan lewat kursi menteri," jelasnya. 

Anies rencananya akan menyambangi Kantor DPP Partai Demokrat pada Jumat (7/10/2022). Ia dijadwalkan akan bertemu Ketua Umum Partai Demokrat AHY.

"Benar. Jika tak ada aral merintang rencana memang begitu, besok pagi Mas Anies akan berkunjung ke DPP Demokrat bertemu mas Ketum AHY," ujar Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Jansen Sitindaon saat dikonfirmasi, Kamis.

Sebelumnya, AHY meminta seluruh kader partainya tak khawatir dengan belum diumumkannya koalisi, pasangan capres, dan calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Demokrat. Menurutnya, nanti akan ada saatnya hal tersebut akan diumumkan.

 

"Semoga pada saatnya dan kami yakinkan pada saatnya kita juga akan mengumumkan sikap kita, seperti apa dan juga mengumumkan capres dan cawapres yang akan diusung oleh Partai Demokrat," ujar AHY dalam pidatonya di acara Pelantikan Ketua dan Pengurus DPC Partai Demokrat se-Jawa Tengah lewat video yang diterima Selasa (4/10/2022).

 

photo
Anies Siap Menjadi Calon Presiden 2024 - (infografis republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement