REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polri mengidentifikasi angka korban tragedi kemanusian di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur (Jatim) sebanyak 125 orang. Jumlah itu meralat angka kematian sebelumnya setotal 129 orang. Adapun korban luka-luka dalam kejadian nahas pascalaga Arema FC Vs Persebaya Surabaya itu tercatat 323 orang.
Korban meninggal dunia dalam tragedi tersebut, termasuk dua anggota Polri. Karodokpol Pusdokkes Polri, Brigadir Jenderal (Brigjen) Eddy Purnama Wirawan menerangkan, perubahan angka kematian tersebut setelah tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri melakukan pengecekan langsung terhadap para kroban.
“Korban meninggal dunia 125 orang. Itu hasil dari 100 persen identifikasi resmi,” kata Brigjen Eddy dalam rilis resmi Mabes Polri yang diterima wartawan di Jakarta, Ahad (2/10/2022).
Eddy mengakui angka korban kematian itu berkurang dari data awal. Namun kata Eddy menerangkan, setelah dilakukan identifikasi langsung di semua rumah sakit yang melakukan perawatan para korban, terjadi kesalahan pencatatan.
Dalam rilis resmi Mabes Polri itu disebutkan tragedi nahas di Stadion Kanjuruhan itu berawal dari aksi para suporter yang nekat merangsek masuk ke lapangan. “Mereka menyerbu pemain,” demikian menurut Polri.
Dikatakan, para suporter tersebut tak cuma menyerang para pemain dan official tim tamu Persebaya, tetapi juga melakukan serangan terhadap para pemain tuan rumah, dan ofisial Arema FC. Laga antara Arema Vs Persebaya itu, berakhir dengan skor kekalahan tuan rumah 2-3.
Kapolda Jawa Timur (Jatim) Inspektur Jenderal (Irjen) Nico Afinta dalam siaran pers Polri menyebutkan suporter yang nekat turun dari tribun penonton dan merangsek masuk ke tengah lapangan seusai laga ada ribuan. “Sekitar tiga ribuan Aremania,” kata Nico.
Menurut dia bukan cuma para pemain dan ofisiial. Petugas keamanan dari Polri juga turut terkena sasaran.
“Dua orang anggota kepolisian meninggal dunia,” begitu kata Nico.
Selain itu, dikatakan para suporter nekat itu juga merusak 10 unit mobil dinas kepolisian, dan tiga kendaraan pribadi. Akan tetapi dalam rilis resmi Polri itu, tak ada disebutkan aksi nekat para suporter itu direspons para petugas keamanan dari kepolisian dengan gas air mata, dan pemukulan serta aksi-aksi pengeroyokan oleh petugas.
Padahal dalam banyak video amatir yang tersebar di sejumlah media, dan media sosial (medsos) memperlihatkan para personel kepolisian yang menembakkan gas air mata ke para suporter di lapangan, dan juga para penonton yang berada di tribun.