Kamis 29 Sep 2022 11:31 WIB

Menkes Sebut Masih Ada 5 Juta Stok Vaksin Covid-19

Masyarakat diimbau tidak pilih-pilih merk vaksin Covid-19.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Seorang petugas kesehatan Indonesia menunjukkan botol vaksin Covid-19.
Foto: EPA-EFE/Bagus Indahono
Seorang petugas kesehatan Indonesia menunjukkan botol vaksin Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan stok vaksin Covid-19 masih aman. Hingga saat ini pemerintah masih memiliki 5 juta stok vaksin Covid-19 yang tersedia di pusat dan daerah.

"Stok vaksin di daerah masih ada 2,5 jutaan, di pusat masih ada 2,5 jutaan," ungkap Budi kepada Republika, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Mantan Wakil Menteri BUMN itu juga meminta meminta masyarakat untuk tidak memilih jenis vaksin. Karena, semua jenis vaksin sudah dipastikan keamanan dan memberikan manfaat yang sama.

"Masyarakat agar tidak perlu terlalu memilih jenis vaksin booster. Semua jenis vaksin yang sudah direkomendasi BPOM bisa dipakai," sambung Budi.

Selain masyarakat yang cenderung memilih vaksin, lanjut Budi, ada juga beberapa daerah memilih jenis vaksin. Namun, Budi tidak merinci secara detil daerah yang ia maksud.

"Ada juga karena beberapa daerah memilih jenis vaksin yang mereka mau terima," ungkap Budi.

Sebelumnya, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Siti Nadia Tarmizi mengatakan pihaknya masih menunggu kedatangan vaksin hibah dari skema COVAX terdiri dari vaksin Pfizer, Moderna pada Oktober nanti. Untuk vaksin Pfizer pada Oktober akan datang sebanyak 5,5 juta dosis, November 7 juta dosis dan Desember 5 juta dosis. Sementara vaksin merk Moderna pada Oktober akan datang sebanyak 3,5 juta dosis.

"Kita masih menunggu kedatangan vaksin COVAX di Oktober ini dan juga kesiapan vaksin lokal," ujar Nadia.

Sementara ketersediaan vaksin lokal, beberapa waktu lalu Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengatakan vaksin Covid-19 buatan dalam negeri telah didaftarkan ke organisasi kesehatan dunia (WHO) Dengan begitu, vaksin bernama IndoVacbuatan BUMN itu bisa dipasarkan secara global.

"Kami juga telah mendaftarkan emergency use listing (EUL) ke Badan Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin ini nantinya bisa digunakan di negara-negara lain melalui mekanisme support COVAX Facility (multilateral). Melalui vaksin Covid-19, Bio Farma berharap dapat berkontribusi dalam mendukung kesehatan dunia, tidak hanya di Indonesia.” kata Honesti Basyir, Direktur Utama PT Bio Farma (Persero), dalam keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.

Honesti menjelaskan, setelah memperoleh izin, Bio Farma menyiapkan tahap berikutnya yaitu memproduksi vaksin IndoVac. Nantinya vaksin itu bisa digunakan untuk vaksinasi individu berusia 18 tahun ke atas secara massal.

Untuk tahap awal, Bio Farma memproduksi maksimal 20 juta dosis. Jumlah tersebut dapat dinaikkan menjadi 40 juta dosis per tahun 2023. Kemudian, dengan penambahan fasilitas dan kapasitas, produksi bisa dinaikkan menjadi 100 juta dosis per tahun pada 2024 tergantung pada kebutuhan dan permintaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement