REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Ketahanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Roy Himawan mengatakan, Indonesia telah menunjukkan keberhasilan kolaborasi dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19 selama dua tahun terakhir. Padahal, awal-awal masa pandemi, banyak pihak yang meragukan bahwa Indonesia dapat menyelesaikan vaksinasi Covid-19 pada 2021-2022.
"Dapat kita apresiasi apa yang telah dilakukan oleh kita semua bahwa dalam dua tahun terakhir kita bisa mencapai poin-poin yang menunjukkan keberhasilan untuk sebuah kolaborasi (dalam pelaksanaan vaksin Covid-19)," kata Roy dalam diskusi “Bedah Buku Vaksinasi Covid-19” yang diikuti secara daring dari Jakarta, Senin (26/9/2022).
Dari sisi pasokan vaksin, katanya, Indonesia sudah mendatangkan dan memasok 429.238.100 dosis vaksin sepanjang 2021, dengan jumlah pasokan tertinggi mencapai 82,7 juta dosis pada Desember 2021. "Kita pernah mencapai supply 82,7 juta dosis dalam sebulan dan tentunya ini adalah jumlah yang besar, dimana pada periode sebelumnya kita tidak pernah mencapai angka sebesar ini," ujar Roy.
Menurut dia, laju vaksinasi di Indonesia dipengaruhi oleh ketersediaan pasokan vaksin, sehingga ketersediaan vaksin menjadi pelajaran berharga untuk diperhatikan ke depannya. Mengenai pengembangan vaksin, Roy mengatakan Indonesia tidak hanya pada platform konvensional, tapi juga mulai mengarah pada platform terkini seperti mRNA atau viral vector yang hasil produksinya diharapkan bisa didapatkan dalam 2 sampai 3 bulan ke depan.
Selain itu, lanjut dia, beberapa produk vaksin juga sedang dalam tahap pengembangan, di antaranya Vaksin Merah Putih (VMP) dengan platform inactivated virus dan protein subunit. Kemudian, ada pula produk vaksin yang merupakan kerja sama bilateral, seperti Bio Farma-Baylor (IndoVac), Etana-Abogen Walvax, Etana-CanSino Biologics Inc, dan AstraZeneca-Combiphar. Selain itu, pemerintah juga sudah mendorong ketersediaan vaksin halal.
Ke depan, dalam penyediaan vaksin secara berkelanjutan, kata Roy, ada lima pilar yang menjadi kunci, yaitu riset dan pengembangan, manufaktur, pembiayaan, rantai pasokan, dan serapan vaksin. "Kami akan kembangkan sisi ekosistem ini agar kita memiliki ekosistem yang mendukung terjadinya resiliensi vaksin, sehingga kita bisa memiliki ekosistem yang berkelanjutan terhadap penemuan-penemuan vaksin baru," ujarnya.