Jumat 23 Sep 2022 16:56 WIB

Kota Bandung Hanya Mampu Kurangi 9 Persen Sampah

Pemkot Bandung hanya mampu mengurangi 9 persen dari jumlah sampah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Bilal Ramadhan
Seorang anak bermain sembari memungut sampah di aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung. Pemkot Bandung hanya mampu mengurangi 9 persen dari jumlah sampah.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Seorang anak bermain sembari memungut sampah di aliran Sungai Cikapundung, Kota Bandung. Pemkot Bandung hanya mampu mengurangi 9 persen dari jumlah sampah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Berdasarkan target pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga di Kota Bandung, di 2022, potensi timbulan sampah mencapai 614.363 ton per tahun, atau sekitar 1.683 ton sampah per hari.

Jumlah ini membuat target pemerintah Kota Bandung untuk mengurangi volume sampah 26 persen di 2022 menjadi sangat berat, terlebih jika melihat kemampuan pengurangan sampah yang hanya berkisar di 8-9 persen saja dari total tonese sampah.

Baca Juga

“(Pengurangan sampah) Belum signifikan, data pengurangan sampah di SIPSN baru sekitar 8-9 persen dari timbulan sampah Kota Bandung,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bandung Dudy Prayudi saat dihubungi Republika, Jumat (23/9/2022).

Dudy mengatakan, saat ini Pemerintah Kota Bandung melalui DLHK tengah mendorong pengoptimalan pengurangan volume sampah, melalui program tukar dan nabung sampah, pemaksimalan fungsi bank dan unit pengumpulan sampah, hingga pengedukasikan Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan).

Selain itu, melalui Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project (ISWMP) Pemkot Bandung bersama pemerintah pusat juga tengah membangun tempat pengelolaan sampah yang diprediksi dapat mengolah sekitar 10 ton sampah per hari, kata Dudy.

“Melalui program ISWMP, Kementerian PU telah membangun tempat pengolahan sampah menjadi bahan baku RDF sebagai bahan cofiring batu bara. Didesain bisa mengolah sekitar 10 ton sampah/hari. Saat ini, akan diujicobakan oleh Kementerian PU,” tuturnya.

“Untuk target pengurangan sampah, seperti arahan jakstrada adalah 30 persen di 2025. Saat ini, kami sedang menghitung pengurangan sampah di sekolah-sekolah yg belum masuk di data sipsn, mudah-mudahan bisa naik signifikan pengurangannya,” sambungnya.

Sementara itu, Penanggungjawab Bank Sampah Induk (BSI) Kota Bandung Asep Sutisna mengatakan, tonase sampah yang mampu ditampung di BSI Kota Bandung hanya berkisar 5-6 ton per hari.

Asep mengatakan, sebagai gudang pengelolaan sampah anorganik, mayoritas sampah yang diterima BSI adalah jenis plastik dan kertas, khususnya sampah makanan instan. Berdasarkan data DLHK, selama pandemi, sampah plastik dan kertas bekas makanan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding sebelum pandemi. 

“Semenjak pandemi memang angkanya tambah berimbang (organik dan anorganik), karena mungkin gaya hidupnya agak beda. terus adanya gojek, gofood, itu kan berpengaruh dengan peningkatan sampah kemasan. Dulu dominannya organik sekarang hampir imbang,” ujarnya.

Alhasil, upaya yang tengah difokuskan adalah mengurangi sampah plastik melalui penggencaran sosialisasi dan edukasi ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Hal tersebut dilakukan demi memaksimalkan pengelolaan dan pemilahan sampah plastik dan kertas sebelum dikirim ke tempat pembungan akhir (TPA).

“Karena masalah utama yang perlu diselesaikan adalah plastik karena kesulitannya untuk diurai. Terus kita edukasi ke tempat pengumpulan sampah sementara yang memang banyak mengumpulkan plastik. Biar para pengepul memilah sampah plastik untuk nantinya kita olah,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement