REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengamat kebijakan publik dari Universitas 17 Agustus 1945, Fernando Ersento Maraden Sitorus menanggapi pertemuan yang diadakan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa pada Jumat (16/9/2022) lalu dengan Kepala Badan Otorita IKN Bambang Susantono dan Mantan Menteri Hukum dan HAM Yusril Ihza Mahendra.
Pertemuan tersebut guna membahas upaya percepatan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN). Pertemuan yang digelar di Gedung Bappenas Jl Rasuna Said Jakarta itu turut dihadiri oleh Sestama Bappenas, seluruh deputi, dan Wakil Kepala Badan Otorita IKN Dhony Rahajoe.
"Membangun Ibukota baru bernama IKN itu bukan barang mudah. Ibarat pindah rumah dari tipe 21 ke tipe yang jauh lebih besar," kata Fernando di Jakarta, dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/9/2022).
Menurut Direktur Rumah Politik Indonesia ini ketika pindah rumah dari type yang kecil ke ukuran yang lebih besar maka perlu persiapan yang matang dan mental yang kuat. IKN adalah adalah upaya naik kelas yang dilakukan bangsa Indonesia. Perpindahan ibu kota ibarat masuk ke peradaban baru yang lebih maju.
"Kita lihat negara - negara lain, ketika mereka pindah ibukota maka peradaban nya makin maju. Contoh terdekat nya Malaysia, saat pindah dari Kuala Lumpur ke Putrajaya," jelasnya.
Fernando menambahkan, sebagai kepala tim yang melakukan babat alas IKN tugas Suharso sangatlah berat, terutama dalam pembentukan visi misi pembangunan IKN, serta UU IKN. "Membentuk suprastruktur jauh lebih berat ketimbang membangun infrastruktur. Bappenas sangat berperan sentral dalam upaya bangsa ini memiliki ibukotanya yang baru. Dan itu akan tercatat dalam sejarah," katanya.