Jumat 16 Sep 2022 21:37 WIB

AS akan Kirimkan Bantuan Senilai 756 Juta Dolar AS untuk Rakyat Suriah

PBB tengah menyoroti munculnya wabah kolera di beberapa wilayah di Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga Suriah berjalan di sebuah kamp pengungsi untuk orang-orang terlantar yang dikelola oleh Bulan Sabit Merah Turki di distrik Sarmada, utara kota Idlib, Suriah, Jumat, 26 November 2021.
Foto: AP Photo/Francisco Seco
Warga Suriah berjalan di sebuah kamp pengungsi untuk orang-orang terlantar yang dikelola oleh Bulan Sabit Merah Turki di distrik Sarmada, utara kota Idlib, Suriah, Jumat, 26 November 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan mengirimkan dana bantuan tambahan senilai 756 juta dolar AS ke Suriah. Awal tahun ini, Washington sudah mengumumkan bantuan sebesar 808 juta dolar AS untuk Suriah.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken mengatakan, dana bantuan tambahan itu merupakan bentuk dukungan tak tergoyahkan negaranya untuk rakyat Suriah. Dia menjelaskan, perjanjian internasional untuk mengizinkan pengiriman bantuan kemanusiaan lintas-perbatasan dari Turki ke Suriah sangat penting.

Baca Juga

"Pengiriman lintas batas memastikan bahwa bantuan penyelamatan jiwa termasuk makanan, obat-obatan, dan pasokan bantuan lainnya mencapai orang-orang di seluruh barat laut Suriah, yang mengandalkan bantuan ini untuk bertahan hidup," kata Blinken, dikutip laman Middle East Monitor, Kamis (15/9).

Saat ini PBB tengah menyoroti munculnya wabah kolera di beberapa wilayah di Suriah. Menurutnya, hal itu menimbulkan ancaman serius bagi masyarakat yang sudah menderita akibat konflik sipil selama lebih dari satu dekade di negara tersebut.

Wabah kolera di Suriah berpusat di wilayah Aleppo utara. Pekan ini, dari 936 kasus yang sudah dilaporkan, lebih dari 70 persen di antaranya berasal dari wilayah tersebut. Sementara 20 persen kasus lainnya ditemukan di Deir al-Zor. Kasus kolera berskala kecil turut tercatat di Raqqa, al-Hasaka, Hama, dan Lattakia.

Koordinator Kemanusiaan dan Perumahan PBB untuk Suriah Imran Riza mengungkapkan, munculnya wabah kolera diyakini terkait dengan irigasi tanaman menggunakan air terkontaminasi. Selain itu, warga turut mengonsumsi air yang tak higienis dari Sungai Eufrat.

Konflik sipil Suriah diketahui turut menghancurkan infrastruktur air nasional. Hal itu membuat warga kesulitan memperoleh air bersih. Direktur Darurat Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Wilayah Mediterania Timur Richard Brennan mengungkapkan, lembaganya telah mencatatkan delapan kematian akibat kolera di Suriah.

Sebanyak enam warga yang meninggal berasal dari Aleppo. Sementara dua lainnya tinggal di daerah Deir al-Zor. “Ini adalah wabah kolera pertama yang dikonfirmasi dalam beberapa tahun terakhir. Penyebaran geografis menimbulkan kekhawatiran, jadi kami harus bergerak cepat," ucap Brennan.

Menurut WHO, sebelum menyebarnya wabah kolera terbaru di Suriah, krisis air di sana telah menyebabkan peningkatan penyakit seperti diare dan malnutrisi. Dengan adanya wabah WHO di Suriah, WHO, kata Brennan, mengimbau para donor untuk meningkatkan pendanaan untuk lembaganya. Hal itu agar upaya atau program pencegahan penyebaran kolera dapat dilakukan secara optimal.

“Kita perlu meningkatkan kapasitas pengawasan dan pengujian. Upaya sedang dilakukan untuk mengirimkan air bersih ke masyarakat yang paling terkena dampak,” ucap Brennan.

Konflik sipil Suriah pecah pada 2011. Konflik yang berlangsung selama 11 tahun telah menyebabkan sekitar 500 ribu orang tewas. Pertempuran pun menyebabkan jutaan warga Suriah mengungsi ke negara-negara tetangga, termasuk ke Eropa.

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement