Jumat 16 Sep 2022 20:23 WIB

Rusia akan Tingkatkan Ekspor Gandum Jadi 50 Juta Ton

Sebagian besar gandum tersebut bakal dikirim ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Gandum (Ilustrasi). Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya akan meningkatkan ekspor gandum ke pasar dunia. Sebagian besar gandum tersebut bakal dikirim ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin.
Foto: EPA-EFE/KHALED ELFIQI
Gandum (Ilustrasi). Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya akan meningkatkan ekspor gandum ke pasar dunia. Sebagian besar gandum tersebut bakal dikirim ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARKAND – Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya akan meningkatkan ekspor gandum ke pasar dunia. Sebagian besar gandum tersebut bakal dikirim ke Asia, Afrika, dan Amerika Latin.

“Rusia juga akan meningkatkan ekspor gandum ke pasar dunia. Tahun ini 30 juta ton dan tahun depan 50 juta ton. Sebanyak 90 persen di antaranya untuk pasar Asia, Afrika, dan Amerika Latin,” kata Putin saat berbicara di KTT Shanghai Cooperation Organization (SCO) yang digelar di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (16/9/2022).

Baca Juga

Pekan lalu Putin mengatakan, dia berencana merevisi kesepakatan koridor pengiriman gandum dan biji-bijian yang telah dicapainya dengan Ukraina. Menurut dia, komoditas tersebut tak dikirim ke negara berkembang, tapi justru ke negara kaya seperti Eropa. Hal itu berpotensi memicu krisis pangan global.

Putin menjelaskan, kesepakatan koridor pengiriman gandum yang diteken negaranya dengan Ukraina lewat mediasi PBB dan Turki bertujuan membantu meringankan lonjakan harga pangan di negara-negara berkembang. Namun menurutnya, justru negara-negara Barat yang kaya yang mengambil keuntungan dari kesepakatan tersebut.

“Jika kita mengecualikan Turki sebagai negara perantara, maka hampir semua biji-bijian yang diekspor dari Ukraina dikirim bukan ke negara berkembang termiskin, tapi ke negara-negara Uni Eropa,” kata Putin saat berbicara di Eastern Economic Forum yang digelar di Vladivostok, 7 September lalu.

Putin mengungkapkan, hanya dua dari 87 kapal yang membawa 60 ribu ton produk, dikirim ke negara-negara miskin. Dalam konteks ini, ia menuduh Barat bertindak sebagai negara kolonial.

“Sekali lagi, negara-negara berkembang telah ditipu dan terus ditipu. Jelas bahwa dengan pendekatan ini, skala masalah pangan di dunia hanya akan meningkat, yang dapat menyebabkan bencana kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ucapnya.

Putin mengatakan dia akan mengkaji untuk membatasi tujuan ekspor biji-bijian dan makanan lainnya. Hal tersebut bakal dia bahas bersama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai tokoh yang turut memediasi kesepakatan dengan Ukraina.

Pada 22 Juli lalu, Rusia dan Ukraina menandatangani kesepakatan koridor gandum di Istanbul. Perjanjian itu diteken di bawah pengawasan PBB dan Turki.

Dengan perjanjian tersebut, Moskow memberi akses kepada Ukraina untuk mengekspor komoditas biji-bijiannya, termasuk gandum, dari pelabuhan-pelabuhan yang kini berada di bawah kontrol pasukan Rusia. Itu menjadi kesepakatan paling signifikan yang dicapai sejak konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu.

Rusia dan Ukraina merupakan penghasil 25 persen produksi gandum dan biji-bijian dunia. Sejak konflik pecah Februari lalu, rantai pasokan gandum dari kedua negara itu terputus.

Ukraina tak dapat melakukan pengiriman karena pelabuhan-pelabuhannya direbut dan dikuasai Rusia. Sementara Moskow tak bisa mengekspor karena adanya sanksi Barat.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement