REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia, Erlina Burhan menilai berkurangnya gerai sentra vaksin di Indonesia menjadi salah satu penyebab utama turunnya capaian vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster. Menurutnya, saat ini ketersediaan gerai sentra vaksin berkurang dibandingkan saat program pemberian vaksin Covid-19 dosis primer pada tahun lalu.
"Saya tidak tahu persis kenapa cakupan booster ini tidak secepat vaksin primer, tapi berkurangnya sentra vaksinasi juga jadi masalah. Distribusinya tidak seluas dahulu. Dahulu di mana-mana ada. Sekarang sudah berkurang," tutur Erlina dalam acara 'Pentingnya Vaksinasi Booster dalam Melindungi Masyarakat dari Akibat Serius Penyakit Covid-19 Termasuk Rawat Inap dan Kematian', Kamis (15/9/2022).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, sasaran vaksinasi nasional ditargetkan sebesar 234.666.020 juta penduduk. Sementara, masyarakat yang telah melakukan vaksinasi booster baru mencapai 26,46 persen atau sekitar 62.091.264 orang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa sekitar 73 persen masyarakat belum melakukan vaksinasi booster. Di satu sisi, kumulatif total dosis vaksinasi per 13 September 2022 mencapai 437.124.042 orang.
Hingga saat ini 12,5 miliar dosis vaksin Covid-19 diberikan secara global di mana diantaranya lebih dari 70 juta dosis vaksin ‘viral vector’ telah diberikan di Indonesia. Menurut data penelitian terbaru, vaksin tersebut aman untuk digunakan masyarakat di seluruh dunia sebagai primer maupun booster
Erlina juga meminta agar Indonesia tetap waspada meskipun Indonesia mencatat penurunan kasus harian Covid-19. Karena, kondisi pandemi masih sangat bersifat dinamis dan tidak dapat dipastikan.
Ia juga meminta seluruh elemen masyarakat dan pemerintah dapat kembali berkolaborasi dalam peningkatan cakupan vaksinasi booster di Indonesia dan pengendalian Covid-19. Menurutnya, kolaborasi yang pernah dijalankan oleh kedua pihak tersebut membuktikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan upaya pengendalian virus yang cukup baik.
Lebih lanjut ia mengatakan, vaksin booster yang tersedia dan digunakan di Indonesia terbukti efektif meningkatkan antibodi dan melindungi diri dari infeksi virus Covid-19 termasuk varian baru omicron.
“Vaksinasi booster dengan ‘viral vector’ memberikan perlindungan tinggi terhadap Omicron, baik itu dengan ‘Viral Vector’ ataupun ‘mRNA’. Keduanya memberikan tingkat perlindungan yang tinggi sebagai booster baik disuntikan sebagai booster homolog atau heterolog dari jenis vaksin yang diterima," terang Erlina.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua Komnas KIPI, Hinky Hindra Irawan Satari. Menurutnya, masyarakat tak perlu khawatir dengan keamanan vaksin, karena surveilans KIPI terkait keamanan vaksin dilakukan berkesinambungan untuk memastikan bahwa vaksin yang digunakan aman. Penelitian tersebut mencakup jutaan individu dan mengonfirmasi profil keamanan vaksin Covid-19 yang tersedia.
"Utamanya jika dilihat dari resiko akibat infeksi Covid-19. Setelah 12,5 miliar dosis vaksin Covid-19 diberikan secara global, kami dapat yakin dengan profil keamanan vaksin yang tersedia saat ini," tegas Hinky.
Data surveilans KIPI menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 Adenovirus rekombinan aman sebagai vaksin primer maupun booster dan manfaat yang diperoleh jauh lebih besar. Selain itu, baik data global ataupun di Indonesia, menunjukkan vaksin ini aman sampai dengan saat ini.
"Untuk booster dari vaksin AZD1222 dan vaksin ‘mRNA’ Covid-19 memberikan perlindungan yang tinggi terhadap keparahan penyakit yang disebabkan oleh Omicron, termasuk resiko rawat inap dan kematian, bahkan ketika subvarian baru virus muncul, hasil dari tinjauan ahli terhadap lebih dari 50 studi di dunia," terangnya.
Sementara itu, rekomendasi dari 22 Ahli dari Asia dan Amerika Latin yang terlibat dalam studi ini menyimpulkan bahwa strategi peningkatan booster berkelanjutan dapat dilakukan dengan melakukan vaksinasi setahun sekali untuk populasi umum, dan setiap enam bulan untuk kelompok rentan seperti mereka yang hidup dengan penyakit kronis.