REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman meminta pemerintah mempercepat pelaksanaan vaksinasi penguat atau booster. Hal itu menurutnya perlu dilakukan demi meminimalisir risiko paparan dan mutasi dari virus Covid-19.
"Kehadiran subvarian, bahkan potensi varian baru yang lebih bisa mengurangi efektivitas dari vaksinasi atau imunitas yang terbentuk dari kombinasi vaksinasi atau reinfeksi bisa saja terjadi, terutama ketika sebagian dari penduduk atau negara di dunia membiarkan terus virus ini bisa menginfeksi seperti cakupan vaksinasi yang masih lambat," katanya ketika dihubungi di Jakarta, Rabu (14/9/2022).
Ia menambahkan percepatan vaksinasi harus terus digalakkan karena sebagian dari masyarakat ada yang tidak bisa divaksinasi karena alasan medis dan usia. Menurut Dicky yang juga praktisi dan peneliti Global Health Security itu, upaya percepatan vaksinasi penting untuk melindungi masyarakat yang tidak bisa divaksinasi.
"Untuk dewasa ada yang belum beruntung, walaupun vaksin ada dia belum bisa divaksin. Selain itu, ada juga karena memang belum bisa divaksinasi seperti anak-anak di bawah 5 tahun," katanya.
Ia menambahkan jumlah anak-anak di Indonesia cukup signifikan. Oleh karena itu, penting untuk dilindungi. "Kalau anak-anak menjadi korban bisa mencelakakan kelompok generasi mendatang, kita harus sadar akan hal itu," kata Dicky.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin Covid-19 hingga per 14 September 2022 pukul 18.00 WIB mencapai total 62.173.952 orang atau 26,49 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 sebanyak 234.666.020 juta orang.
Penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 sebanyak 170.843.370 orang yang meliputi 72,80 persen dari total sasaran. Sedangkan penerima dosis pertama mencapai 204.232.501 orang atau sudah diberikan pada 87,03 persen dari total sasaran.