REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Subbid Dukungan Kesehatan Bidang Darurat Satgas COVID-19 Alexander K Ginting mengatakan, cakupan vaksinasi dosis penguat yang bergerak lambat menjadi pekerjaan rumah yang perlu dituntaskan untuk mencapai endemi. "Vaksinasi masih jadi pekerjaan rumah. Angka booster di Indonesia masih lambat," kata Alexander K Ginting saat menjadi pembicara 'Talkshow: Mengukur Relevansi Protokol Kesehatan' yang diikuti dari Youtube BNPB Indonesia di Jakarta, Kamis (8/9/2022).
Ia mengatakan, dari total sasaran program vaksinasi mencapai 235 juta jiwa lebih, cakupan vaksin dosis 1 telah 86 persen atau setara 203 juta lebih, vaksin dosis 2 mencapai 170 juta jiwa lebih. Tapi persoalan saat ini, cakupan vaksinasi booster atau dosis penguat masih bergerak lambat pada angka pencapaian 61 juta orang dari target sasaran, kata Ginting menambahkan.
"Laporan laju vaksinasi dengan setahun lalu berbeda. Sekarang 15 ribu orang, tapi tahun lalu bisa 90 ribu orang (per hari)," katanya.
Ia mengatakan, akses masyarakat ke sentra vaksinasi serta program akselerasi vaksinasi perlu kembali dievaluasi. "Tahun lalu, Satgas mulai dari desa/kelurahan aktif, Babinsa ikut terlibat dan ini membuat laju vaksinasi tinggi, khususnya saat mudik," katanya.
Namun, saat keadaan kasus mulai landai, kata Alexander, animo masyarakat terhadap vaksinasi COVID-19 sempat rendah. Kendati ada regulasi persyaratan booster bagi pelaku perjalanan, tapi cakupan peserta belum setinggi capaian 2021.
"Ini jadi kampanye kita bersama, sasaran masyarakat 140 juta vaksinasi," katanya.
Alexander mengatakan prioritas utama dalam kepesertaan vaksinasi adalah kelompok lansia dan masyarakat umum.
"Vaksinasi ini harus dilihat sebagai perlindungan dan menjaga agar tidak terinfeksi dan sakit. Diharapkan kelompok masyarakat dan lansia di seluruh Indonesia, bupati dan wali kota harus menciptakan akses agar masyarakat bisa divaksin," katanya.