Rabu 07 Sep 2022 11:53 WIB

23 Terpidana Koruptor Bebas Bersyarat Bersamaan, Ada Mantan Jaksa Pinangki

Pembebasan bersyarat sepenuhnya wewenang Kemenkumham tanpa rekomendasi KPK.

Rep: Flori Sidebang/ Red: Nur Aini
Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah (tengah) didampingi puteranya yang juga mantan Wagub Andika Hazrumi (kIRI) dan petugas Lapas menyapa wartawan usai memenuhi wajib lapor di Kantor Badan Pemasyarakatan (Bapas) Serang, Banten, Senin (6/9/2022). Setelah menjalani hukuman tujuh tahun penjara dalam kasus suap terhadap Hakim MK, Ratu Atut Chosiyah dinyatakan bebas bersyarat dan wajib lapor hingga 8 Juli 2026 dan bisa dicabut kebebasannya bila Atut kembali melakukan tindak pidana, pelanggaran umum maupun khusus.
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah (tengah) didampingi puteranya yang juga mantan Wagub Andika Hazrumi (kIRI) dan petugas Lapas menyapa wartawan usai memenuhi wajib lapor di Kantor Badan Pemasyarakatan (Bapas) Serang, Banten, Senin (6/9/2022). Setelah menjalani hukuman tujuh tahun penjara dalam kasus suap terhadap Hakim MK, Ratu Atut Chosiyah dinyatakan bebas bersyarat dan wajib lapor hingga 8 Juli 2026 dan bisa dicabut kebebasannya bila Atut kembali melakukan tindak pidana, pelanggaran umum maupun khusus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) menerbitkan surat keputusan pembebasan bersyarat, cuti bersyarat, dan cuti menjelang bebas bagi ribuan narapidana dari semua kasus tindak pidana di seluruh Indonesia sepanjang 2022. Sebanyak 23 narapidana kasus korupsi menerima hak bebas bersyarat pada Selasa (6/9/2022).

"Pada bulan September sudah diberikan hak bersyarat pembebasan bersyarat, cuti bersyarat dan cuti menjelang bebas kepada sebanyak 1.368 orang narapidana semua kasus tindak pidana dari seluruh Indonesia, di antaranya adalah 23 narapidana tipikor," kata Koordinator Humas dan Protokol Ditjen PAS Kemenkumham, Rika Aprianti dalam keterangannya, Rabu (7/9/2022).

Baca Juga

Rika mengatakan, 23 narapidana tindak pidana korupsi itu berasal dari Lapas Kelas I Sukamiskin dan Lapas Kelas IIA Tangerang. Para narapidana yang bebas dari Lapas Kelas IIA Tangerang, yakni mantan jaksa Pinangki Sirna Malasari, eks-Gubernur Banten Ratu Atut Choisiyah, Desi Aryani, dan Mirawati.

Kemudian, narapidana dari Lapas Kelas I Sukamiskin, antara lain Syahrul Raja Sampurnajaya, Setyabudi Tejocahyono, Sugiharto, Andri Tristianto Sutrisna, Budi Susanto, dan Danis Hatmaji. Lalu, Patrialis Akbar, Edy Masution, Irvan Rivano Muchtar, Ojang Sohandi, Tubagus Cepy Septhiady, Zumi Zola Zulkifli, Andi Taufan, Arif Budiraharja, Supendi, Suryadharma Ali, Tubagus Chaeri Wardana, Anang Sugiana Sudihardjo, dan Amir Mirza Hutagalung.

Rika menjelaskan, pemberian hak bersyarat kepada para narapidana itu diatur dalam Pasal 10 dalam Undang-Undang Pemasyarakatan Nomor 22 Tahun 2022. Beleid itu mengatur soal pemberian remisi, asimilasi, cuti mengunjungi, cuti bersyarat, cuti menjelang bebas, pembebasan bersyarat, dan hak lain sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi terpidana untuk mendapatkan hak tersebut, yakni berkelakuan baik, aktif mengikuti program pembinaan, dan telah menunjukkan penurunan tingkat risiko. Selain itu, bagi narapidana yang akan diberikan cuti menjelang bebas atau pembebasan bersyarat juga harus menjalani masa pidana paling singkat 2/3 masa pidana dengan ketentuan paling sedikit 9 bulan.

"Semua narapidana yang telah memenuhi persyaratan administratif dan substantif seperti yang disebutkan di atas, dapat diberikan hak bersyarat, seperti pembebasan bersyarat (PB), cuti bersyarat (CB), dan cuti menjelang bebas (CMB). Hak ini diberikan tanpa terkecuali dan nondiskriminatif kepada semua narapidana yang telah memenuhi persyaratan," kata Rika.

Menanggapi sejumlah terpidana korupsi yang serempak bebas bersyarat, Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata mengatakan KPK berencana untuk memperberat tuntutan perkara bagi para terdakwa tindak pidana korupsi yang dinilai tidak kooperatif. Pertimbangan itu dilakukan agar memberikan efek jera terhadap koruptor.

Alex mengatakan, saat ini pemberian bebas bersyarat merupakan keputusan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjen PAS) Kemenkumham. Namun, dia mempertanyakan efek jera dengan memberikan kebebasan lebih cepat itu.

"Dulu kalau tahanan itu perkaranya dari KPK, itu dari rutan minta rekomendasi KPK. Sekarang dibatalkan itu PP itu oleh Mahkamah Agung," kata Alex di Jakarta, Rabu (7/9/2022).

"Artinya sekarang sepenuhnya kewenangan untuk memberikan remisi, pembebasan bersyarat atau asimilasi itu sepenuhnya kewenangan dari Kemenkumham Dirjen PAS," tambahnya menjelaskan.

Baca juga :Presiden Jokowi Lantik Azwar Anas Jadi Menteri PAN-RB Siang Ini

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement