Senin 05 Sep 2022 21:19 WIB

Pakar Komunikasi: Di Era Post Truth, Persepsi Lebih Penting Daripada Realitas

isu itu muncul karena persepsi dan persepsi itu lebih penting dari realitas

firsan nova
Foto: istimewa
firsan nova

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Di Indonesia, individu ataupun sebuah instansi bisa runtuh karena isu yang berkembang di masyarakat. Padahal, belum tentu isu tersebut terbukti kebenarannya.

"Dalam konteks komunikasi, isu itu muncul karena persepsi dan persepsi itu lebih penting dari realitas," kata Dr. Firsan Nova, CEO Nexus RMSC, dalam acara Stadium General di STIS Al Wafa, Senin (5/9).

Acara bertajuk “The Power of Issue Industry” itu digelar di Auditorium Utama STIS Al-Wafa dan dihadiri oleh segenap sivitas akademika. Melihat pentingnya pemahaman manajemen isu berbagai instansi, Firsan mengatakan bahwa kunci utama dalam mengelola isu adalah menciptakan opini publik. Opini yang diangkat itu lambat laun akan mampu mengubah pikiran seseorang.

"Secara garis besar, mengganti opini publik itu lebih sulit daripada menciptakan fakta yang sudah ada," lanjut Firsan.

Ia melanjutkan, saat ini, kita masuk ke dalam post-truth era. Semua isu biasa diserap dengan mudah tanpa adanya proses verifikasi dan itu sangatlah berbahaya. Dengan adanya kemudahan akses informasi melalui media online, seseorang bisa dengan mudah membagikan isu tanpa diketahui kebenarannya.

"Dalam era post truth ini, seseorang dapat menentukan agenda setting atau isu yang akan disebarkan ke publik. Terciptanya agenda setting bisa menciptakan opini publik yang baru," ujar Firsan.

Dalam konteks isu, fakta selalu satu, tetapi cara pandang seseorang bisa berbeda. Semua itu bisa diatasi apabila kita dapat mengelola isu dengan baik. Firsan menambahkan bahwa ada sebuah kunci untuk memainkan isu.

"Cara paling mudah untuk memainkan isu adalah pilih isu yang paling menguntungkan yang dipengaruhi oleh rasa, suasana, dan kepentingan, apabila kita tidak mampu mengubah fakta, ubahlah cara pandangnya," tambahnya.

Nexus, kata Firsan, memiliki cara sendiri untuk menangani isu. Pertama, lihat dulu konten isu tersebut. Kedua, perhatikan sumber isu. Ketiga, amati minat publik, apakah publik peduli dengan isu tersebut atau tidak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement