Kamis 01 Sep 2022 16:21 WIB

Dulu PDIP Tangisi Kenaikan Harga BBM, Sekarang Bisa Pahami Situasi Sulit Era Jokowi

PDIP mengerti beban yang ditanggung pemerintah jika harga Pertalite tidak dinaikkan.

Seorang buruh membentangkan poster saat berunjuk rasa di Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (31/8/2022). Mereka menyerukan sejumlah tuntutan salah satunya menolak rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
Foto:

Anggota Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir dari Partai Amanat Nasional (PAN) ikut mengkritik rencana kenaikan harga BBM. Padahal, menurutnya, rakyat kecil sedang merangkak memulihkan ekonominya yang selama dua tahun sebelumnya stagnan karena Pandemi Covid-19.

“Harusnya meringankan beban rakyat, caranya mengendalikan harga BBM untuk rakyat. Dengan kata lain, memberikan tambahan subsidi BBM untuk rakyat miskin sebesar Rp 11,2 trilun,” kata Hafisz, dalam keterangannya Kamis (1/9/2022).

Menurut dia, kalaupun keputusan menaikkan harga BBM tidak bisa dicegah, harus ada solusi tepat bagi mereka dari ekonomi yang paling bawah. Pemerintah, harus berani melakukan terobosan untuk menekan inflasi.

“Fokus kepada ketahanan pangan karena dunia akan mengarah ke sana pasti. Jangan belok-belok bicara pensiunan menjadi beban negara, itu menyakitkan orang tua kita semua,” keluhnya.

Sementara, anggota Komisi XI DPR RI Charles Meikyansah mendukung langkah pemerintah yang memberikan bantuan sosial (bansos) sebagai pengalihan subsidi BBM bagi masyarakat. Dia menilai bantuan tersebut memang diperlukan masyarakat miskin dan rentan di Tanah Air di tengah beragam kenaikan harga barang saat ini.

"Saya dari Komisi XI DPR RI mendukung kebijakan (pemerintah) yang disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Memang harus ada perlindungan sosial terkait rencana kenaikan BBM ini," kata Charles dalam salah satu video singkat yang diunggah dalam kanal YouTube DPR RI, sebagaimana dipantau di Jakarta, Kamis.

Pernah menangis

Respons Hasto terkait rencana kenaikan harga BBM saat ini kontras dengan reaksi elite PDIP saat harga BBM naik pada era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Mulai dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri hingga jajarannya di tingkat DPP pernah menangis merespons kebijakan SBY menaikkan harga BBM. 

Dirangkum dari dokumentasi pemberitaan Republika, Megawati pernah menangis saat memberikan sambutan di Rakernas PDIP di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 27 Mei 2008. Saat itu, Megawati mengaku teriris hatinya melihat kemiskinan di Indonesia, yang salah satunya disebabkan karena naiknya harga BBM.

Dan dalam pidatonya itu, Megawati terlihat beberapa kali mengusapkan air mata karena sedih.

"Saya sedih melihat rakyat banyak yang menderita, padahal kita punya banyak kekayaan alam, namun angka kemiskinan tinggi," tambah Mega.

Tidak hanya Megawati, pada medio 2013, Fraksi PDIP di DPR yang dipimpin Puan Maharani juga pernah menangis dalam Sidang Paripurna DPR, ketika memprotes kenaikan harga BBM. Tidak hanya Puan, sejumlah politisi PDIP di DPR RI saat itu juga terlihat ikut menangis. 

 

Tangisan elite PDIP itu kemudian disusul aksi long march kader PDIP dari Tugu Proklamasi menuju Bundaran Hotel Indonesia hingga Istana Negara pada 19 Juni 2013. Ribka Tjiptaning yang terkenal vokal di DPR saat itu menegaskan, demo tersebut adalah bentuk konsistensi PDIP menolak kenaikan harga BBM.

Sebagai partai dengan cap partainya wong cilik, sikap kontras elite PDIP saat ini dibandingkan saat mereka menjadi oposisi pemerintah kerap menjadi bahan polemik di warganet di media sosial. 'Kenangan lama' elite PDIP menangis bersama pun akan selalu diungkit di saat pemerintahan era Jokowi menaikkan harga BBM.

 

photo
Postur Rancangan APBN 2023. - (Tim Infografis Republika.co.id)

  

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement