REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membagikan pengalaman sukses Indonesia mengatasi dampak pandemi Covid-19 saat memberi kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) dan National University of Singapore (NUS). Di hadapan ratusan peserta, terdiri akademisi, tokoh pemerintahan Singapura, pengamat, serta media massa, Airlangga mengawali cerita sukses penanganan pandemi sejak 2020.
“Saat itu, tidak ada kebijakan yang dapat langsung diimplementasikan karena kita tidak pernah mengalami krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 sebelumnya. Maka pemerintah benar-benar harus menciptakan kebijakan baru yang tepat untuk menghadapi Covid-19,” tuturnya di hadapan khalayak RSIS Singapura, dalam keterangan, Selasa (30/8/2022).
Menko Airlangga menuturkan, pemerintah Indonesia, merancang dan menerapkan kebijakan gas dan rem. Kebijakan ini diambil untuk mengendalikan pandemi Covid-19, namun tetap mempertahankan upaya pemulihan ekonomi. Selain itu, pemerintah juga melakukan reformasi struktural sebagai pilar ketiga strategi gas dan rem.
”Saya merupakan orang yang percaya bahwa periode krisis merupakan kesempatan yang tepat untuk melakukan reformasi struktural pada ekonomi domestik,” tutur dia.
Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) ini juga membagikan pengalaman Pemerintah Indonesia mampu keluar dari ancaman dampak pandemi Covid-19 di hadapan audiens NUS di Shaw Foundation Alumni House Auditorium. Airlangga menyebut, penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia membutuhkan sinergi dari seluruh pihak. Terlebih, ada tantangan besar karena Indonesia merupakan negara kepulauan.
"Dengan 17 ribu pulau dan tantangan yang luar biasa dalam pendistribusian vaksin dan juga obat-obatan. Sehingga benar-benar membutuhkan kerja sama yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia,” ujar dia.
Dalam kesempatan tersebut, Airlangga mengakui perbedaan ketika memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Indonesia dibandingkan mahasiswa Singapura. “Dalam kuliah umum di Indonesia, memaparkan strategi penanganan Covid-19 menjadi lebih mudah karena mahasiswa mengalami kebijakan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa relate," ujar Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
Sesi kuliah umum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta yang hadir seluruhnya secara luring di auditorium. Salah satu pertanyaan mengundang cukup banyak perhatian dari audiens yakni mengenai kemungkinan kenaikan harga makanan kemasan mi instan produksi Indonesia akibat perang Ukraina dan Rusia.
“Meski perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir turut mempengaruhi harga komoditas dan juga gandum, untuk harga mi instan tercatat masih relatif stabil,” tegas Menko Airlangga.