Ahad 28 Aug 2022 23:39 WIB

Para Guru Besar Ingatkan Restorasi dan Kriteria Kepemimpinan Nasional 

Kepemimpinan nasional membutuhkan regenerasi dengan kriteria mumpuni

Guru besar UGM, Prof Chairil Anwar, bersama sejumlah guru besar perguruan tinggi lainnya mengingatkan kepemimpinan nasional membutuhkan regenerasi dengan kriteria mumpuni
Foto: Dok Istimewa
Guru besar UGM, Prof Chairil Anwar, bersama sejumlah guru besar perguruan tinggi lainnya mengingatkan kepemimpinan nasional membutuhkan regenerasi dengan kriteria mumpuni

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sejumlah guru besar dari berbagai Perguruan Tinggi di Yogyakarta berkumpul di University Club Café-Universitas Gadjah Mada (UGM), Sabtu (27/8/2022). Hal ini didorong keprihatinan atas berbagai persoalan di dalam negeri yang mengarah pada indikasi adanya krisis kepemimpinan bangsa,

 

Baca Juga

Belasan profesor senior dan puluhan akademisi dari beragam kampus negeri dan swasta itu bersepakat untuk lebih kencang lagi menyerukan pentingnya restorasi kepemimpinan Indonesia.

“Kami memiliki keprihatinan mendalam atas krisis kepemimpinan akhir-akhir ini, merujuk pada berbagai kasus hukum para pejabat publik, pelanggaran moral dan etika serta praktik koruptif para pemimpin di berbagai tingkatan. Kami mengingatkan pentingnya kepemimpinan yang amanah, kompeten dan menjunjung tinggi integritas,” ujar Prof Suwarsih Madya dari Universitas Negeri Yogyakarta, Ahad (28/8/2022) dalam keterangan tertulisnya.

Para guru besar menilai, kekecewaan publik akibat perilaku dan kinerja pemimpin (yang sebelumnya mungkin dianggap sosok ideal) seharusnya tak perlu terjadi ketika masyarakat dan berbagai lembaga memiliki memiliki kriteria kepemimpinan yang tepat. Kriteria kepemimpinan semacam itu dapat digunakan dalam mempersiapkan maupun memilih kandidat pemimpin. 

“Kriteria seseorang yang duduk dalam kepemimpinan tingkat nasional, misalnya, harus memiliki kecakapan dalam mewujudkan keadilan sosial dan kesejahteraan umum. Di samping itu, sebagai bangsa yang memiliki posisi strategis dalam percaturan geopolitik global, amat wajar juga jika kemampuan diplomasi internasional ditempatkan sebagai kompetensi bernilai tinggi,” lanjut Suwarsih.

Sepekan sebelumnya, para guru besar itu bertemu dengan sejumlah pimpinan partai politik di Jakarta, di antaranya Ketua Umum Partai Nasdem dan Presiden PKS, untuk menyampaikan aspirasi terkait kepemimpinan bangsa ke depan.

Menurut Prof Chairil Anwar, guru besar UGM, gerakan para guru besar itu merupakan salah satu ikhtiar kalangan akademisi untuk ikut membangun politik kebangsaan melalui sumbangan pemikiran dalam bidang kepemimpinan.

“Para founding fathers memperdebatkan gagasan pendirian negara serta penyatuan bangsa Indonesia secara ilmiah dan demokratis. Kita juga harus terbuka mendiskusikan persoalan kepemimpinan sebagai upaya untuk menumbuhkan ilmu yang berwatak bangsa,” ujarnya.

Guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Prof Heru Kurnianto Tjahjono, menyoroti akutnya praktik politik transaksional saat ini yang mengakibatkan sirkulasi kepemimpinan hanya menyentuh lingkaran kerabat elite politik serta kroni pengusaha.

Sehubungan dengan hal itu, dia meminta kalangan akademisi untuk berperan dalam merumuskan etika politik sebagai panduan praktis bagi politisi atau pemimpin. 

“Dialog serta interaksi antara dunia politik dan dunia keilmuan merupakan suatu agenda bangsa yang strategis, mengingat parpol adalah lembaga yang melahirkan para pemimpin publik. Hanya saja, dunia akademik harus tetap berada dalam koridor teknokratik dan independen,” ucapnya. 

Guru besar UGM, Prof Siti Chamamah Soeratno, yang memungkasi perbicangan sore itu menyampaikan bahwa kegelisahan terhadap arah perkembangan bangsa saat ini perlu dijawab dengan langkah-langkah prioritas yang berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan.

Dia menekankan pentingnya inisiatif dari ormas dan parpol untuk rajin menyerap aspirasi serta mencermati kenyataan di tengah kehidupan masyarakat. Apalagi, penyelenggaraan Pemilu semakin dekat.

“Inisiatif semacam itu relevan untuk menyambungkan pusat-pusat pengambilan kebijakan yang keputusannya berdampak pada nasib ratusan juta rakyat dengan aspirasi sesungguhnya dari rakyat Indonesia,” kata dia. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement