REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) mendorong program digitalisasi transaksi antara penjual dan pembeli di Pasar Kebayoran Lama. Program itu telah diluncurkan oleh Bank DKI belum lama ini.
"Terima kasih kepada Bank DKI serta Perumda Pasar Jaya atas pelaksanaan Launching Digitalisasi Pasar Kebayoran Lama ini," kata Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkot Jaksel Mukhlisin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (11/8/2022).
Mukhlisin mengatakan, dengan adanya peluncuran digitalisasi di Pasar Kebayoran Lama, bisa membantu memacu kemajuan perekonomian di wilayah Jaksel. Menurut dia, dengan adanya digitalisasi, kontak antara pembeli dan penjual dapat diminimalisasi. Sehingga warga dapat terhindar dari berbagai macam virus, termasuk Covid-19.
Selain itu, digitalisasi itu juga memudahkan para pembeli dalam bertransaksi praktis dan cepat tanpa menggunakan uang tunai (cash). Pembeli pun saat bertransaksi tak perlu repot kala proses pembayaran.
Sekitar 25 penjual di pasar tersebut telah terdaftar menerima QR barcode pembayaran dari Bank DKI dan tidak ada minimal pembayaran saat memakainya. Mukhlisin memilih Pasar Kebayoran Lama sebagai salah satu pasar yang didigitalisasi lantaran memiliki jumlah pembeli dan penjual yang cukup besar.
Dia berharap, anak muda Jaksel bisa memanfaatkan digitalisasi dengan membayar melalui QR barcode yang praktis dan tidak memakai uang tunai. "Pasar Kebayoran Lama ini sangatlah representatif, mengingat bahwa kategori pasar ini termasuk unit pasar besar, yang memiliki jumlah pedagang dan pembeli cukup besar," katanya.
Salah satu pedagang, Sukanti merasa terbantu dengan adanya QR barcode yang dibagikan Bank DKI. Meski begitu, ia mengaku pembeli masih lebih sering membeli secara manual. Alasannya, mungkin belum banyak yang tahu mengenai sistem pembayaran baru tersebut. "Pembayaran online baru disosialisasikan hari ini. Baru masuk Rp 25 ribu, orang beli ketumbar," tutur Sukanti.