Rabu 03 Aug 2022 11:57 WIB

Eks Anggota DPR Temukan Fakta BBM di Malaysia Oktan Tinggi, Tapi Lebih Murah

Harga Pertalite oktan 90 masih lebih mahal daripada harga Petrol 95 di Malaysia.

Eks anggota Fraksi Gerindra DPR, Bambang Haryo Soekartono meninjau harga BBM di Malaysia yang jauh lebih murah daripada di Indonesia.
Foto: Dok pribadi
Eks anggota Fraksi Gerindra DPR, Bambang Haryo Soekartono meninjau harga BBM di Malaysia yang jauh lebih murah daripada di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dirut Pertamina Nicke Widyawati belum lama ini, menyatakan jika subsidi harga Petrol 95 (oktan 95) di Malaysia jauh lebih besar dari subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite (oktan 90) yang ada di Indonesia. Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono menganggap, pernyataan itu tidak benar dan berdasar.

Dia pun meninjau langsung stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Malaysia. Hasilnya, ternyata harga Petrol 95 yang oktannya setara dengan Pertamax Plus harganya hanya 2,05 ringgit. "Dengan kurs ringgit 3.339 atau setara dengan Rp 6.844 subsidi dari Petrol 95 di Malaysia sebesar 0,45 ringgit atau setara dengan Rp 1.502 sehingga harga tanpa subsidi di Malaysia sebesar 2,5 ringgit atau setara dengan Rp 8.347 rupiah," kata Ketua Harian MTI Jawa Timur (Jatim) tersebut kepada wartawan di Jakarta, Rabu (3/8/2022).

Baca: Kapal Pertamina Prime Angkut Minyak Rusia Diblokade Greenpeace Cabang Denmark

Eks anggota Fraksi Gerindra DPR periode 2014-2019 itu menerangkan, harga pertalite yang disampaikan Pertamina per Juli 2022 jika tanpa subsidi adalah sebesar Rp 17.200 per liter patut dipertanyakan. Pasalnya, Pertamina mengaku mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk Pertalite sebesar Rp 9.550 per liter agar masyarakat bisa membeli dengan harga Rp 7.650 rupiah per liter.

Menurut Bambang, harga Pertalite masih lebih mahal daripada harga Petrol 95 di Malaysia. Sehingga jelas subsidi BBM di Malaysia jauh lebih kecil dibandingkan subsidi BBM yang ada di Indonesia. Berarti, sambung dia, pernyataan dirut Pertamina dilakukan tanpa melakukan kajian dengan teliti. Bambang melanjutkan, Pertalite hanya memiliki oktan 90 dan Petrol 95 memiliki oktan 95, sehingga perbedaannya ada lima oktan.

"Padahal penurunan per satu oktan rupiahnya sangat besar, misalnya di Malaysia petrol 97 yang mempunyai oktan 97 harga tanpa subsidi adalah 4,55 ringgit atau setara Rp 15.192, sedangkan Petrol 95 yang mempunyai oktan 95 tanpa subsidi adalah 2,5 ringgit atau setara dengan Rp 8.347. Sehingga beda dua oktan saja sebesar 2,05 ringgit atau setara dengan Rp 6.844. Berapa tuh rupiahnya kalau perbedaannya lima oktan? Tentu sangat besar," ucap Bambang.

Alumnus ITS Surabaya itu melanjutkan, Pertalite mendapatkan subsidi dari Kementerian ESDM sebesar Rp 9.550 per liter bila dengan harga yang sebenarnya sesuai dengan perhitungan yang ada di Malaysia maka seharusnya rakyat membelinya jauh lebih murah atau bahkan gratis.

Bambang juga menemukan kejadian menarik selama di Malaysia, yaitu harga produk Shell, Shell V Power oktan 95 sama dengan harga Petrol 95 sebesar 2,05 ringgit atau setara dengan Rp 6.844. Apabila tanpa subsidi dari pemerintah, kata dia, Shell di Malaysia menjual dengan harga sebesar 2,5 ringgit atau setara dengan Rp 8.347. "Tetapi harga Shell di Indonesia untuk oktan 95 adalah sebesar Rp 18.300, yang jauh lebih mahal dari Shell V Power Petrol 95 yang dijual di Malaysia," ucap Bambang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement