REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah pandemi Covid-19, kemunculan infeksi cacar monyet atau Monkeypox dilaporkan oleh beberapa negara tanpa riwayat endemi Monkeypox sebelumnya. Sejak awal Mei 2022, beberapa negara melaporkan kasus Monkeypox yang terjadi pada pasien tanpa riwayat bepergian ke daerah Afrika Barat atau Afrika Tengah, daerah terjadi endemik virus Monkeypox.
Sampai saat ini, belum terdapat kasus konfirmasi infeksi Monkeypox di Indonesia. Namun, pemerintah, tenaga kesehatan dan masyarakat harus tetap waspada.
Ketua Satgas Monkeypox PB IDI, Dr Hanny Nilasari, SpKK mengungkapkan ada dua permintaan khusus terkait vaksin cacar monyet dari kelompok gay. Menurut Hanny, sebagian besar kelompok gay merasa berisiko lantaran banyaknya laporan di dunia terkait penularan Monkeypox di kelompok tersebut.
"Sudah ada dua orang yang hubungi saya menanyakan vaksinasi sebelum mereka kemungkinan tertular, karena merasa sangat berisiko," katanya di Jakarta, Selasa (2/8/2022).
Namun, sambung Hanny, hingga kini di Indonesia vaksin Monkeypox belum mendapatkan izin pemakaian oleh BPOM RI, meskipun sudah ada rekomendasi dari CDC dan WHO. Saat ini, Satgas IDI lebih berfokus memberikan edukasi cara penularan dan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Karena, kontak erat dari kulit ke kulit, atau mukosa ke mukosa, misalnya mulut, daerah anus, daerah mata, justru itu mentransfer virusnya secara banyak," kata dia.
Terlebih, Monkeypox hingga kini belum masuk dalam kategori penyakir menular seksual. "Benar memang banyak laporan dari populasi dari hubungan gay, lesbi atau HIV, jadi penularan bukan hanya dari hubungan seksual, tetapi kontak. Jadi kontak erat ini, concern kita karena bisa transfer lebih banyak virusnya," terang dia.
Hal senada diungkapkan Dokter spesialis kulit dan kelamin dr Prasetyadi Mawardi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan hingga kini Monkeypox bukanlah kategori penyakit menular seksual. Namun, memang Monkeypox dianggap lebih berisiko pada kelompok tersebut.
"Kemungkinan lebih besar kontak erat pada kelompok itu memudahkan transmisi cacar monyet, terutama pada orang homoseksual, misalnya antara kulit ke mukosa, atau anal juga, ini akan memudahkan transmisi monkeypox," kata dia Jakarta, Selasa (2/8).
Sementara Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Yanuarso, Sp.A(K) mengungkapkan, kelompok anak-anak terutama bayi, juga masuk dalam kelompok rentan terinfeksi Monkeypox. Namun, laporan penularannya menurut Piprim masih sangat jarang.
"Anak terutama bayi bisa terkena lebih rentan oleh monkeypox ini. Namun demikian, laporan penularan dari orang ke orang cukup jarang. Ada satu laporan, penularan di rumah tangga itu sekitar 9 persen," ujar Piprim.
Namun, hingga kini belum ada data global secara pasti yang menyebutkan cara penularan Monkeypox ke anak-anak dan bayi. Ada kemungkinan Monkeypox ditularkan melalui plasenta ibu hamil kepada janinnya. "Jadi ini memang masih belum banyak informasi tentang monkeypox," ujarnya.
Piprim menekankan, hal terpenting dalam pencegahan adalah melakukan PHBS. Kebiasaan mencuci tangan, memakai masker dengan baik, juga menghindari kerumunan, bisa dilakukan sebagai pencegahan monkeypox maupun penyakit lain.