Kamis 28 Jul 2022 12:56 WIB

Kemenkes Tekan Risiko Penularan Hepatitis dari Ibu ke Anak

Imunisasi rutin dan asupan immunoglobulin dapat menekan penularan virus Hepatitis B.

Ilustrasi. Program imunisasi rutin dan asupan immunoglobulin dapat menekan penularan virus Hepatitis B dari ibu ke anak sampai 95 persen.
Foto: Reuters
Ilustrasi. Program imunisasi rutin dan asupan immunoglobulin dapat menekan penularan virus Hepatitis B dari ibu ke anak sampai 95 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) berupaya menekan risiko penularan hepatitis dari ibu ke anak. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan, program imunisasi rutin dan asupan immunoglobulin dapat menekan penularan virus Hepatitis B dari ibu ke anak sampai 95 persen. 

"Penyebaran virus Hepatitis B mempunyai karakter tersendiri, di mana penularan vertikal mulai dari ibu ke anak sangat tinggi. Jika bayi terinfeksi pada usia sangat dini, akan mengakibatkan komplikasi berupa sirosis dan kanker hati pada usia yang masih muda," katanya dalam Webinar Hari Hepatitis Sedunia yang diikuti dari YouTube Kemenkes di Jakarta, Kamis (28/7/2022).

Baca Juga

Kemenkes dan seluruh dinas kesehatan di daerah telah memrioritaskan program pengendalian virus Hepatitis pada upaya mencegah, pemutusan rantai penularan, dan deteksi dini tanpa mengurangi upaya kuratif. Ia mengatakan, program pengendalian yang dilakukan adalah meningkatkan promosi kesehatan, upaya pencegahan dengan imunisasi. 

"Karena ini sangat murah secara biaya, bagi semua bayi yang lahir di Indonesia," katanya.

Sejak 2017, kata dia, program imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir dilakukan pada saat masih berusia di bawah 24 jam dan dilanjutkan dengan imunisasi rutin Hepatitis B1 dan Hepatitis B2 pada usia 3 bulan dan HB3 pada usia 4 bulan. Kegiatan deteksi dini Hepatitis B pada ibu hamil juga dilakukan dengan memberikan Hepatitis B immunoglobulin untuk bayi yang lahir dari ibu reaktif Hepatitis B.

"Model pengendali ini diharapkan bisa memutuskan penularan virus Hepatitis B dari ibu ke anak sampai dengan 95 persen," katanya.

Ia menambahkan, pemerintah juga menyediakan obat antivirus Direct Acting Antiviral (DAA) secara oral yang dapat menyembuhkan lebih dari 95 persen pasien pengidap Hepatitis C. "Pengobatan Hepatitis C dengan DAA saat ini bisa diakses di 51 rumah sakit yang tersebar di 25 provinsi," katanya.

Ia mengatakan, virus Hepatitis merupakan beban penyakit yang besar di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi virus Hepatitis B berada pada di 7,1 persen dari total populasi Indonesia atau setara 18 juta terinfeksi, sedangkan kasus Hepatits C berjumlah 1 persen atau sekitar 2,5 juta pasien. Pihaknya optimistis sebelum tahun 2024 seluruh provinsi minimal memiliki satu unit rumah sakit pelayanan Hepatitis C dengan pengobatan DAA.

Selain itu, Maxi mengatakan, Kemenkes juga memfasilitasi 2.000 ribu unit lebih mesin tes TCM untuk deteksi dini Hepatitis di fasilitas pelayanan kesehatan. Sementara itu, Hari Hepatitis Sedunia ke-13/2022 yang jatuh hari ini mengangkat tema Mendekatkan Akses Pengobatan Hepatitis, Karena Hepatitis Tidak Dapat Menunggu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement