REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Survei Nasional (LSN) menyebutkan bahwa masyarakat yang menghendaki calon presiden (capres) 2024 mendatang berlatar belakang militer (TNI) masih cukup tinggi yaitu sebanyak 26,4 persen Angka tersebut masih tinggi, apabila jika dibandingkan dengan pilihan terhadap capres berlatar belakang lainnya.
Hal tersebut disampaikan Direktur Eksekutif LSN, Gema Nusantara Bakry dalam konferensi pers terkait hasil survei nasional terbaru yang dilaksanakan LSN pada 10 - 24 Juni 2022 di 34 provinsi di seluruh Indonesia.
"Ketika LSN menanyakan kepada responden, apakah lebih menyukai capres berlatar belakang TNI atau capres berlatar belakang sipil, bagian terbesar responden (48,1 persen) tidak mempermasalahkan latar belakang capres apakah TNI atau sipil. Namun sebanyak 26,4 persen responden menyatakan lebih menyukai capres 2024 nanti adalah tokoh yang berlatar belakang TNI. Ini menegaskan bahwa capres berlatar belakang TNI ternyata masih diminati publik," ujar Gema melalui zoom, Jumat (15/7/2022).
Dari sejumlah nama capres 2024 yang memiliki elektabilitas teratas di berbagai lembaga survei, tiga diantaranya berasal dari militer, yaitu Prabowo Subianto, Moeldoko, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Gema juga menjelaskan bahwa calon pemilih Indonesia untuk Pemilu 2024 tampaknya tergolong pemilih rasional (rational voters). Pengaruh faktor-faktor primordial seperti latar belakang agama dan suku bangsa sangat rendah. Begitu pula faktor money politics, tidak menjadi faktor untuk menentukan pilihan capres dalam Pemilu 2024 nanti.
"Mayoritas responden mengaku bahwa faktor-faktor rasional seperti rekam jejak (track record) capres dan program kerja (visi-misi) lebih mendasari alasan mereka memilih capres tertentu. Faktor kepribadian (personality) capres juga cukup signifikan menjadi alasan memilih," kata dia.
Selain rational voters, calon pemilih Indonesia untuk Pemilu 2024 juga termasuk dalam kategori autonomous voters (pemilih otonom). Ketika LSN menanyakan kepada responden, tokoh manakah yang pendapatnya akan dijadikan referensi untuk memilih capres pada Pemilu 2024, sebanyak 25,5 persen responden menyatakan tidak akan menggunakan pendapat siapapun sebagai referensi memilih capres.
"Sementara itu yang akan menggunakan pendapat tokoh agama sebagai referensi memilih capres sebanyak 18,9 persen responden. Kemudian figur lain yang pendapatnya akan dijadikan referensi adalah tokoh cendekiawan (15,2 persen) dan tokoh masyarakat atau tokoh adat (11,9 persen). Sedangkan pendapat para influencer dari kalangan selebritis hanya dijadikan referensi oleh 2,4 persen responden," kata Gema.
Ia menjelaskan, survei ini dilakukan tanggal 10-24 Juni 2022 di 34 provinsi yang ada di seluruh Indonesia. Populasi survei adalah seluruh warga negara Indonesia yang minimal telah berusia 17 tahun (telah memiliki KTP) dengan melibatkan sebanyak 1.500 responden.
Sampel dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak bertingkat (multistage random sampling). Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara tatap muka dengan responden oleh tenaga terlatih dengan bantuan/pedoman kuesioner. Margin of error +/- 2,53 persen, dan pada tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.