REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menjalin kerjasama dengan Al-Azhar Mesir dalam memperkuat moderatisme pelaksanaan ajaran Islam di Indonesia. Langkah tersebut diapresiasi Dr. Robi Nurhadi, selaku Wakil Sekretaris Komisi Pengkajian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, yang juga pengajar Hubungan Internasional FISIP Universitas Nasional.
Menurut Kepala Pusat Penelitian Pascasarjana tersebut, Al Azhar Mesir termasuk lembaga Islam yang memiliki pengaruh kuat terhadap jaringan Islam di Indonesia, baik di kalangan para sarjana, penceramah, da'i, pimpinan pesantren serta aktivis Islam lainnya.
"Memperkuat narasi Islam yang moderat dengan Al Azhar Kairo merupakan langkah tepat. Banyak kalangan Islam berpengaruh di Indonesia yang terkoneksi ke Al Azhar. Bagus itu, perkuat saja," ujar Robi Nurhadi, Kamis (23/6/2022).
Robi mengakui, Al Azhar Kairo merupakan sentra kajian Islam yang berpengaruh di dunia. Ia menambahkan, Al Azhar Kairo juga punya pengalaman yang panjang dalam melakukan kontra narasi terhadap penyalahgunaan narasi agama dalam terorisme yang menciptakan stigma buruk terhadap agama Islam dan pemeluknya.
"Saya mengapresiasi tindakan strategis Kepala BNPT Pak Boy Rafli Amar yang memberi perhatian terhadap hal itu. Mudah-mudahan efektif mencegah WNI untuk tidak menjadi foreign terrorist fighter," kata Robi Nurhadi yang juga Sekretaris Lakpesdam Nahdlatul (NU) Ulama, Jakarta, tersebut.
Robi optimistis digandengnya Al Azhar Kairo oleh BNPT bisa memberi dampak signifikan terhadap pelaksanaan Islam yang rahmatan lil alamin.
"Pak Boy kan selalu menegaskan, aksi terorisme tidak distigmakan dengan Muslim atau ajaran Islam, ternyata padangan ini sama dan didukung oleh delegasi Al Azhar Mesir tersebut, mudah- mudahan pertemuan ini mendapatkan momentumnya," kata Robi.
Sekjen Hay'at Kibar Ulama Al-Azhar, Prof. Dr. Hasan Shalah Al-Shagir, menjelaskan insitiusi pendidikan di bawah Al-Azhar melakukan kontra radikalisasi melalui kurikulum moderasi beragama sejak usia dini hingga perguruan tinggi. Al-Azhar juga melatih dan membekali khatib dengan moderasi agama khusus untuk melakukan kontra narasi yang bersifat keras dalam rangka mencegah pemikiran radikal terorisme kalangan anak muda.
Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi selaku Ketua Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia yang turut hadir dalam pertemuan tersebut pun mendukung kerja sama antara BNPT dan Al-Azhar. Menurutnya, penyebaran narasi moderat yang dilakukan Al-Azhar bisa diadopsi Indonesia.
Pemutusan stigma buruk ini tidak mudah untuk dilakukan sendiri. Oleh karena itu, perlu kerja sama antara pemerintah dan ulama untuk meyakinkan masyarakat bahwa aksi teror tidak ada hubungannya dengan agama.
"Agama tidak mengajarkan kekerasan dan terorisme, sangat dibutuhkan kerja sama antara ulama, pemikir muslim, dengan pemerintah dan instasi lain karena gerakan teror seperti ini semakin banyak dan tidak mudah untuk dihadapi," kata dia.