REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Widyastuti mengungkapkan jumlah warga yang mengalami gangguan pernapasan masih terkendali. Hal itu menanggapi soal buruknya kualitas udara di Jakarta yang bisa mengganggu pernapasan warga.
“Sejauh ini angka (gangguan pernapasan) masih terkendali kami memantau itu juga sejak tahun 2004,” kata Widyastuti, Rabu (22/6/2022).
Dia juga membantah soal polusi udara terburuk di DKI bisa mengurangi angka harapan hidup warganya. Menurutnya, angka harapan hidup warga DKI dari tahun ke tahun selalu meningkat. Meskipun, dia tak merinci data tersebut.
Menurutnya, angka-angka ganguan pernapasan di DKI tidak sebatas karena polusi di Jakarta. Melainkan, kata dia, juga karena gaya hidup yang mempengaruhinya.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau berbagai kalangan agar selalu menerapkan gaya hidup sehat. Caranya, kata dia, dengan menghindari asap rokok, diet seimbang, istirahat cukup dan olahraga rajin.
“Serta kelola stres dengan baik,” tutur dia.
Dia tak menampik masker yang bisa membantu mengantisipasinya. Tetapi, kata dia, pihaknya menghormati regulasi terkait PPKM yang kini membebaskan tidak menggunakan masker di ruang publik.
Sementara itu, Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan, berharap ada penindakan jika ada pelanggaran yang menimbulkan polusi udara di daerah lain. Menurut dia, pihaknya akan berkirim surat dan meminta aktivitas itu dihentikan jika memang benar adanya.
“Kami berharap (bantuan) berbagai wilayah, karena dampak dari udara itu bukan hanya di Jakarta, tindakan itu kalau perlu juga dibarengi pemberhentian izin operasi karena mengganggu kesehatan,” kata Anies.
Anies menegaskan, pihaknya membutuhkan kerja bersama semua pihak untuk mengambil sikap. Utamanya, terhadap berbagai tokoh-tokoh yang menjadi kontributor penurunan kualitas udara di kawasan Jawa bagian Barat.
“Bukan hanya Jakarta, kalau sudah soal kualitas udara Jawa bagian barat, (bukti) foto dan videonya ada,” tutur dia.