Jumat 17 Jun 2022 21:38 WIB

Kualitas Pelayanan Publik Picu Perlambatan Laju Pertumbuhan Penduduk

BKKBN menyebut perlambatan laju pertumbuhan tingkatkan stadar hidup masyarakat

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo. BKKBN menyebut perlambatan laju pertumbuhan tingkatkan stadar hidup masyarakat
Foto: BKKBN
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo. BKKBN menyebut perlambatan laju pertumbuhan tingkatkan stadar hidup masyarakat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) berkomitmen untuk menurunkan angka total fertility rate (TFR) dari 2,46 sebelum pandemi menjadi 2,24 setelah dua tahun masa pandemi. TFR adalah rata-rata jumlah anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia subur/reproduksinya. 

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan BKKBN telah berhasil menurunkan angka kelahiran secara tajam dari 5,6 menjadi 2,2 kelahiran per perempuan selama 1970 hingga 2000. 

“Penurunan angka kelahiran ini memperlambat laju pertumbuhan penduduk darin berpengaruh terhadap kualitas pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, serta infrastruktur sehingga meningkatkan standar hidup masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tulis, Jumat (17/6/2022).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan BKKBN untuk menurunkan angka kelahiran itu yakni memberikan layanan secara masif sampai tingkat bidan. Dalam hal ini, obat BKKBN digratiskan bagi masyarakat dan tidak perlu harus menjadi anggota BPJS.  

“Tapi, semua yang memang perlu dilayani diberikan secara gratis baik obat KB, susuk, suntik, operasi steril baik vasektomi bagi pria dan tubektomi bagi wanita,” ucapnya.

Dia mengutarakan ukuran kesadaran pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi di Indonesia juga sudah relatif tinggi, mencapai 57 persen. Sementara yang menggunakan KB alami sekitar tujuh persen. 

“Orang-orang ini umumnya yang berpendidikan tinggi, jadi bisa mengatur masa suburnya juga,” ucapnya.

Adapun daerah-daerah yang total fertility rate-nya rendah mendekati 2,0-2,1 antara lain Yogyakarta, Bali, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Hasto menyebut hal itu karena kesadaran untuk memakai alat kontrasepsi di daerah-daerah ini sudah tinggi. 

Di samping itu, Hasto menilai minuman yang mengandung alkohol bisa menyebabkan terjadinya infertilitas. Hal itu disebabkan minuman ini bisa memengaruhi pembentukan sel telur dan sperma.

“Minuman beralkohol itu merusak liver. Sebetulnya, proses pembentukan sel telur atau sperma itu dipengaruhi oleh hormon dari liver. Jadi, kalau kecanduan alkohol terlalu berat, akan terjadi gangguan pada fungsi liver, sehingga pembentukan sel telur dan sperma juga terganggu. Jadi, sepanjang tidak mengandung alkohol, makanan dan minuman itu tidak masalah fertilitas,” ucapnya.

Seperti diketahui, air minum dalam kemasan (AMDK) galon sama sekali tidak mengandung alkohol.  Hal ini karena air galon ini dipastikan sama sekali tidak menyebabkan infertilitas bagi para konsumennya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement