Kamis 16 Jun 2022 20:12 WIB

Kemenkes Intensifkan Pelacakan Subvarian Omicron

Kemenkes melacak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di antara 1.242 pasien.

Ilustrasi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengintensifkan penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) untuk melacak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Foto: Pixabay
Ilustrasi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengintensifkan penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) untuk melacak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengintensifkan penelitian Whole Genome Sequencing (WGS). Langkah itu untuk melacak subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di antara 1.242 pasien terkonfirmasi positif Covid-19 secara nasional per Rabu (15/6/2022).

"Saat ini Kemenkes masih mengumpulkan laporan hasil penelitian WGS dari lima provinsi yang sedang mengalami tren kenaikan kasus," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril dalam dialog "Awas, Omicron kembali mengintai Indonesia" yang disiarkan secara virtual dan diikuti dari YouTube FMB9 di Jakarta, Kamis (16/6/2022).

Baca Juga

Ia mengatakan sampai 14 Juni 2022, total kasus BA.4 dan BA.5 yang telah diidentifikasi mencapai 20 kasus, terdiri atas dua kasus BA.4 dan 18 kasus BA.5. Seluruhnya telah dinyatakan sembuh.

Penelitian WGS dilakukan sebagai masukan kepada otoritas terkait dalam mengambil kebijakan penanganan kenaikan kasus berbasis data ilmiah. Syahril mengimbau masyarakat agar tidak panik menghadapi kondisi kenaikan kasus yang terjadi beberapa pekan terakhir karena pengaruh munculnya varian baru Omicron BA.4 dan BA.5.

"Naik turunnya kasus ini karena kita masih dalam fase pandemi Covid-19," katanya.

Indonesia kembali mengalami tren kenaikan kasus Covid-19 setelah libur Lebaran. Bahkan, sejak 7 Juni 2022 lalu, kasus positif Covid-19 selalu di atas angka 500 secara harian.

Namun, Syahril optimistis pemerintah mampu mengendalikan kondisi agar tidak terjadi lonjakan yang signifikan seperti saat gelombang Omicron dan Delta sebelumnya. Syahril menambahkan positivity rate yang dipengaruhi varian baru tersebut masih berada di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), yakni 5 persen.

"Standar WHO adalah di bawah 5 persen. Kita sampai dengan saat ini masih 2,15 persen untuk positivity rate. Walaupun saat ini ada kenaikan kasus, angka hospitality-nya masih rendah," katanya.

Sementara angka kematian juga masih rendah. Ia mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan kasus yang mungkin banyak disebabkan oleh varian baru Omicron BA.4 dan BA.5 tidak separah varian Omicron, apalagi Delta.

"Pengendalian kita adalah bagaimana individu tidak terinfeksi dan kalaupun tertular, dapat melakukan isolasi mandiri. Sehingga mengurangi angka hospitalisasi, kecuali bagi yang komorbid untuk mengendalikan komorbidnya itu," katanya.

Syahril menambahkan, saat ini Kemenkes sudah membuat surat edaran kepada seluruh dinas kesehatan, serta rumah sakit untuk mewaspadai adanya lonjakan kasus Omicron. Edaran itu menginstruksikan jajaran pemerintah daerah untuk menyiapkan seluruh sumberdaya dalam memberikan layanan.

"Dari hulu ke hilir sebetulnya sistem kita sudah terbentuk. Jadi kita melakukan long tracing maupun tracing. Kemudian pihak rumah sakit dengan pengalaman dua tahun ini, kita memiliki kesiapan yang lebih baik, mulai dari SDM, sarana prasarana, alat medis, APBD maupun sistemnya," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement