Kamis 16 Jun 2022 18:56 WIB

Jelang Pilpres 2024, Jusuf Kalla: Ini Tahun Politik Paling Romantis

JK menilai koalisi pada Pemilu 2024 justru ditentukan partai politik menengah.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Mantan wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara utama dalam seminar kebangsaan Rakernas Partai Nasdem di Jakarta, Kamis (16/6/2022). Seminar kebangsaan yang digelar dalam rangkaian Rakernas Partai Nasdem itu mengusung tema
Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/hp.
Mantan wakil Presiden Jusuf Kalla menjadi pembicara utama dalam seminar kebangsaan Rakernas Partai Nasdem di Jakarta, Kamis (16/6/2022). Seminar kebangsaan yang digelar dalam rangkaian Rakernas Partai Nasdem itu mengusung tema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI, Jusuf Kalla (JK) tak sependapat dengan anggapan sejumlah pihak yang menyebut tahun ini menjadi tahun yang panas bagi politik dalam negeri. Sebaliknya, JK menilai tahun politik kali ini akan menjadi tahun politik paling romantis.

"Banyak yang mengatakan bahwa tahun ini politik akan panas, saya katakan tidak, ini tahun politik yang sangat romantis.  Jadi kalau kita bisa bagi, tahun ini tahun romantis, besok tahun 2023 akan pemantapan dan 2024 memilih," kata JK dalam sambutannya di Seminar Kebangsaan Rakernas Partai Nasdem di Hotel Sultan, Jakarta, Kamis (16/6/2022).

Baca Juga

Ia pun menganalogikan partai-partai yang tengah mencari koalisi dengan pasangan kekasih yang tengah berpacaran. Menurutnya, dinamika dalam sebuah hubungan politik adalah hal yang biasa terjadi.

"Jadi ini tahun mencari pasangan, gitulah suasana politik kita, kadang-kadang romantis, kadang-kadang keras, kadang-kadang terpilih. Tapi ujungnya tentu siapa yang terbaik yang terpilih," ucapnya.

Namun demikian JK menilai keromantisan itu tidak mudah untuk dicapai. Ada sejumlah faktor yang ikut mempengaruhi tercapainya tahun politik yang romantis. "Banyak hal yang jadi faktor, faktor pasangan, faktor partai, dan juga faktor elektabilitas, tiga faktor ini harus jadi satu, ini suasana yang paling sulit saya kira keadaannya, bukan kampanyenya yang sulit ini yang paling rumit karena rumitnya politik kita," ujarnya.

JK juga menyinggung soal besaran ambang batas pencalonan presiden 20 persen. Terkait hal itu, JK menilai yang mengambil peranan penting bukanlah partai besar, melainkan partai menengah.

"Walapun partai yang mendekati atau melewati 20 persen dia butuh sistem pasangan yang cukup dan suatu partai yang bisa mencukupi. Karena itu peranan partai menengah itu sangat penting dalam kondisi ini. Ini akan menentukan siapa yang jadi calon itu bukan partai besar tapi partai menengah," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement