Kamis 16 Jun 2022 08:54 WIB

Layanan Akseptor Serentak, BKKBN Dorong Paradigma Baru Keluarga Berencana

Esensi utama dari pelayanan kontrasepsi KB menciptakan generasi yang sehat dan unggul

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB) di masyarakat. Paradigma baru tersebut adalah tidak hanya berpikir tentang jumlah anak namun juga kualitas anak yang dilahirkan.  Hal itu diungkapkan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og saat membuka secara resmi Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/06/2022).
Foto: istimewa
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB) di masyarakat. Paradigma baru tersebut adalah tidak hanya berpikir tentang jumlah anak namun juga kualitas anak yang dilahirkan. Hal itu diungkapkan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og saat membuka secara resmi Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/06/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA—Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mendorong adanya paradigma baru tentang Keluarga Berencana (KB) di masyarakat. Paradigma baru tersebut adalah tidak hanya berpikir tentang jumlah anak namun juga kualitas anak yang dilahirkan.

Hal itu diungkapkan Kepala BKKBN dr. Hasto Wardoyo, Sp.Og saat membuka secara resmi Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Laut dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/06/2022).

Baca Juga

Menurut Hasto, esensi utama dari pelayanan kontrasepsi (KB) adalah menciptakan generasi yang sehat dan unggul.  “Kalau dulu BKKBN bekerja keras sejak 1971 itu orientasi kepada kuantitas dengan jargon dua anak cukup. Memang sudah sukses. Angka kelahiran turun dari 5,6 anak per perempuan pada 1971 turun menjadi 2,24 anak per perempuan saat ini. Alhamdulillah sukses,” kata dr. Hasto.

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, lanjut Hasto, bagaimana keluarga bisa melahirkan generasi-generasi yang unggul untuk Indonesia maju dan bebas stunting. “Sekarang ini tidak hanya dengan dua anak cukup tapi memang dua anak itu harus sehat. Sehingga kalau dulu itu kuantitas tetapi sekarang ini kuantitas dan kualitas,” jelas Hasto.

Bonus demografi yang saat ini dirasakan Indonesia, menurut Hasto, karena proporsi penduduk yang produktif lebih besar dari pada penduduk yang tidak produktif.  Berdasarkan Sensus Penduduk 2020, setiap 100 penduduk yang produktif menanggung beban 41 penduduk yang tidak produktif.

“Kalau mau kaya ya sekarang ini saatnya, karena penduduk yang produktif lebih banyak dan beban untuk penduduk yang tidak produktif lebih sedikit,” ujar Hasto. Menurut Hasto, penduduk yang tidak produktif itu juga bersifat konsumtif, walaupun tidak bekerja namun tetap butuh makan sehingga menjadi beban.

“Oleh karena itu kita harus memanfaatkan bonus demografi ini dengan diawali kualitas sumber daya manusia yang unggul,” jelas Hasto. Dalam pembukaan Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor (PSA) di RSAL dr. Ramelan, Surabaya, Rabu (15/06/2022), yang merupakan rangkaian dari kegiatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-29 yang akan digelar di Kota Medan, Sumatera Utara.

photo
Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor digelar di berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Dokter, Praktik Mandiri Bidan, dan pelayanan bergerak KB dengan menggunakan Mobil Unit Pelayanan KB di setiap Kabupaten/Kota. - (istimewa)

 

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala RSAL dr. Ramelan, Laksamana Pertama TNI dr. Gigih Imanta J., Sp.PD., Finasim., M.M. dan Deputi 3 Kemenko PMK drg. Agus Suprapto, M.Kes, beserta jajaran Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur Dra. Maria Ernawati, MM dan juga sejumlah kepala daerah yang mengikuti secara daring.

“Apa hubungan Pelayanan KB Sejuta Akseptor dengan generasi yang unggul? Ternyata jumlah anak sangat mempengaruhi kualitas anak. Kalau dulu jargonnya banyak anak banyak rezeki, sekarang ini banyak anak banyak masalah,” kata Hasto.

Hasto menjelaskan, jarak kelahiran sangat memengaruhi tumbuh kembang anak. Secara medis, jika jarak kelahiran pada anak kurang dari 3 tahun, maka akan berhubungan erat dengan stunting dan autis. Sedangkan secara psikologis, sambung Hasto, jarak kelahiran yang terlalu dekat akan menimbulkan kecemburuan antara anak yang satu dan yang lain sehingga sulit menerapkan pola hidup sehat.

“Oleh karena itu birth to birth interval, pregnancy to pregnancy interval harus dijaga betul dengan cara kontrasepsi. Inilah cara kita untuk menurunkan stunting. Parenting sangat berpengaruh besar. Ketika bapak ibu ingin anaknya mau disuruh apa saja, misal mau disuruh makan, syaratnya harus happy. nah kalau tidak happy, moodnya tidak bagus, makan tidak bagus akhirnya juga stunting,” ujarnya

Pelayanan KB Serentak Sejuta Akseptor digelar di berbagai fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas, Klinik Pratama, Praktik Dokter, Praktik Mandiri Bidan, dan pelayanan bergerak KB dengan menggunakan Mobil Unit Pelayanan KB di setiap Kabupaten/Kota. 

Pelayanan KB ini meliputi KB ulangan, ganti cara (metode), dan KB pascapersalinan baik berupa suntik dan pil, juga metode jangka panjang dengan implant, IUD, Metode Operasi Wanita (Tubektomi) dan Metode Operasi Pria (Vasektomi). Selain itu pelayanan KB baru selain KB pascapersalinan.

Sebelumnya, pada 13 Juni 2022, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memberikan Penghargaan Kependudukan (United Nations Population Award) kepada Indonesia karena telah memberikan kontribusi luar biasa dan kesadaran terhadap isu kependudukan serta solusi yang telah dilakukan. 

Penghargaan diberikan langsung oleh Sekretaris Komite UNPA Dr. Natalia Kanem kepada institusi Badan Kependudukan dan keluarga Berencana Nasional (BKKBN) di Markas Besar PBB di New York, America Serikat, Senin (13/06/2022) waktu setempat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement