Kamis 02 Jun 2022 09:02 WIB

Pengamat Nilai Nasdem-Gerindra Sulit Capai Titik Temu Soal Koalisi

Mempertemukan kepentingan politik dua partai tidak mudah, sekalipun satu koalisi.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan di DPP Partai Nasdem, Jakarta, Rabu (1/6/2022). Pertemuan yang berlangsung hampir lima jam tersebut salah satunya membahas mengenai kemajuan bangsa dan negara.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan di DPP Partai Nasdem, Jakarta, Rabu (1/6/2022). Pertemuan yang berlangsung hampir lima jam tersebut salah satunya membahas mengenai kemajuan bangsa dan negara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan antara Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto berlangsung alot. Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menilai, keduanya kesulitan menemukan titik temu dalam upaya pembentukan koalisi jelang Pilpres 2024. 

"Nasdem punya kecenderungan ingin mengusung kandidat capres itu misalnya, masuk radarnya itu ada Anies, ada Ganjar. Dua nama besar yang di survei yang kita tahu pada saat yang bersamaan Prabowo juga ingin maju capres. Jadi titik negosiasi soal koalisinya agak rumit," kata Adi kepada Republika, Kamis (2/6).

Adi menjelaskan, mempertemukan kepentingan politik dua partai tersebut tidak mudah, sekalipun Nasdem dan Gerindra sama-sama berada dalam satu koalisi. Beda halnya dengan Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sebelumnya telah sepakat membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). 

"Kalau KIB beda ceritanya titik temunya itu satu, capres belakangan lah, artinya sangat mungkin sekalipun Airlangga misalnya diwajibkan maju oleh Golkar tapi kan masih terbuka nama-nama lain. Kan nyebut nama Ganjar, kemudian Anies, macam-macam lah Ridwan Kamil, dan seterusnya," ujarnya.

Selain itu, Adi mengatakan, mahzab politik Nasdem dan Gerindra selama 10 tahun belakangan ini berbeda. Dirinya memandang, Nasdem lebih condong ke Presiden Jokowi, sedangkan Gerindra berjalan sendiri.

"Baru sekarang kan melakukan penjajakan politik yang tidak mungkin langsung ada kesepakatan yang kemudian bisa ditunggu instan," ucapnya.

Sebelumnya Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto melakukan pertemuan tertutup selama hampir lima jam dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Kantor DPP Partai Nasdem, Menteng, Jakarta, Rabu (1/6). Saat ditanya apakah keduanya akan berkoalisi di pemilu 2024 mendatang, Prabowo enggan menjawab secara gamblang terkait kepastian terbentuknya koalisi antarkeduanya. 

"Ya tapi kan beliau pemimpin partai. Saya kan pemimpin partai. Kita kan tidak bisa bertindak, karena kita teman lalu kita atur sendiri-sendiri kan tidak bisa," kata Prabowo saat konferensi pers, Rabu (1/6).

Prabowo mengatakan, sebagai pimpinan partai politik, dirinya dengan Surya paloh sama-sama memiliki konstituen. Dia mengatakan, dirinya dan Surya Paloh sama-sama bertanggung jawab terhadap masing-masing partai. 

Namun demikian, Prabowo menyebut, keduanya memiliki kesamaan. "Tetapi bahwa kita commit, apapun terjadi, kita commit bersama-sama menjaga Pancasila, menjaga keutuhan RI. Jadi kita tidak hanya untuk Pemilu, kita lebih dari itu," ucapnya. 

Sementara itu Surya Paloh menyebut, ada kesepakatan yang dibangun antara Partai Nasdem dengan Partai Gerindra. Keduanya sepakat untuk membangun dan menjaga stabilitas nasional. Ia juga mengajak, seluruh pihak untuk membangun kesadaran bagaimana menghargai budaya politik yang lebih sehat.

"Penghormatan kita satu sama lain harus tetap terjaga, berkompetisi bukan harus saling menjatuhkan tapi bisa berkompetisi di dalam harmoni. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement