REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebab pasti penyakit hepatitis akut misterius masih menjadi tanda tanya yang belum bisa dipecahkan hingga saat ini. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan supaya masyarakat mengenali gejala awal hepatitis akut misterius.
Ketua IDAI Sulawesi Selatan Setia Budi Salekede mengutip data dari MMWP per 6 Mei 2022 bahwa ada beberapa gejala hepatitis akut saat fase baru menderita penyakit ini. "Gejala awalnya yaitu muntah 77,78 persen yaitu tujuh kasus, diare 66,67 persen yaitu enam kasus, demam 55,56 persen yaitu lima kasus, dan gangguan saluran napas atas sebesar 33,33 persen yaitu tiga kasus," ujarnya saat mengisi konferensi virtual, Selasa (17/5/2022).
Kemudian, dia melanjutkan, data tersebut juga mengungkap gejala hepatitis akut misterius yang ditemukan di rumah sakit di antaranya kuning di mata 88,89 persen yaitu delapan kasus, pembesaran hati 77,78 persen yaitu tujuh kasus, sindrom kuning di kulit 66,67 persen atau enam kasus. Kemudian gangguan tingkat kesadaran menurun sekitar 11,11 persen dan pembesaran limpa sekitar 11,11 persen.
Sementara itu, data menyebutkan pasien hepatitis akut misterius yang menjalani rawat inap dan bukan rawat inap sekitar 92 persen dan sembuh 54 persen, kemudian transplantasi hati 7,47 persen. Artinya, dia melanjutkan, perjalanan saat fase awal penyakit ini dimulai dari mual, muntah, demam, gejala saluran napas, kemudian mata tampak kuning, dan ketika diperiksa SGOT dan SGPT di atas 500.
Kalau penderita hepatitis akut mengalami gejala lebih lanjut maka pasien bisa mengalami gangguan kesadaran menurun hingga kerusakan hati (fulminan).
Berdasarkan data UK, dia melanjutkan, mayoritas pasien hepatitis akut misterius berusia 3 sampai 5 tahun atau 56,9 persen, kemudian usia yang terbanyak adalah 3 tahun dan 50 persen terjadi pada perempuan.
"Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengimbau masyarakat harus hati-hati saat terjadi gejala awal penyakit ini yaitu mual, muntah, air kemih berwarna pekat seperti teh atau tinja berwarna putih, warna mata kuning, kejang, gangguan kesadaran menurun," katanya.
Kemenkes telah mengonfirmasi hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya ini bukan ditimbulkan akibat virus hepatitis A, B, C, D, dan E.