REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa Jepang akan berkomitmen untuk membantu pembiayaan ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases (ACPHEED) dalam rangka mempersiapkan diri dari potensi pandemi baru.
"Jepang sudah mau memberikan komitmen pembiayaan untuk ASEAN Centre for Public Health Emergencies and Emerging Diseases," ujar Menkes dalam konferensi pers Pertemuan Menteri Kesehatan ASEAN ke-15 yang diikuti di Jakarta, Ahad (15/5/2022) malam.
Ia mengatakan prinsip kerja ACPHEED pada umumnya mirip seperti Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Amerika Serikat."Jadi centre ini membina kapabilitas dan kapasitas dari seluruh ASEAN untuk mempersiapkan diri kalau ada potensi pandemi baru," tuturnya.
Ia mengemukakan, rencana pendirian ACPHEED itu sedianya akan dilaksanakan pada tahun ini."Diharapkan September ini paling telat sudah tanda tangan establishment agreement," katanya.
Ia mengatakan pembagian tugas, wewenang serta misi pendirian ACPHEED sudah disepakati. Terdapat tiga pilar untuk membentuk ACPHEED, yakni surveilans atau deteksi, respons, dan manajemen risiko."Kita memilih sesuatu yang kita kuat, saya, sih merasa surveilans sudah lumayan kuat," ucapnya.
Sebelumnya, menteri kesehatan seluruh ASEAN menyetujui pembentukan ACPHEED sebagai pusat kolaborasi ASEAN menghadapi kejadian luar biasa (KLB) maupun pandemi di masa depan.Menkes mengatakan, tiga pilar ACPHEED akan disokong oleh tiga negara perwakilan ASEAN yakni Vietnam, Thailand dan Indonesia untuk bekerja sama dalam satu payung.
"Akan ada kolaborasi tiga negara, masing-masing akan membangun kantornya di negara mereka untuk tiga pilar yang ada," katanya.