Senin 09 May 2022 18:38 WIB

Menkes: Penyakit Mulut dan Kuku Hewan Jarang Menular ke Manusia

Penyakit mulut dan kuku memang sangat menular pada hewan.

Rep: Dessy Suciati S/ Red: Dwi Murdaningsih
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) muncul di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan,
Foto: istimewa
Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) muncul di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat agar tak khawatir terhadap penularan penyakit mulut dan kuku pada hewan. Penularan penyakit ini jarang terjadi ke manusia seperti halnya virus SARS-Cov 2 yang berasal dari kelelawar ke manusia serta penyakit flu babi dan flu burung yang bisa meloncat ke manusia.

Menkes menyebut telah berdiskusi dengan Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Kesehatan Hewan Dunia terkait penyakit mulut dan kuku pada hewan ini.

Baca Juga

“Khusus untuk mulut dan kuku virus ini memang adanya hanya di hewan yang berkuku jadi sangat jarang yang loncat ke manusia. Jadi tidak perlu khawatir dari sisi kesehatan manusianya,” kata Budi saat keterangan pers bersama Menteri Kabinet Indonesia Maju di Kantor Presiden, Senin (9/5/2022).

Menurutnya, penyakit ini memang sangat menular pada hewan. Namun, ia memastikan penyakit ini jarang menular ke manusia. Pada manusia sendiri juga terdapat penyakit kaki, mulut, dan tangan. Namun, penyakit ini berbeda dengan penyakit yang muncul pada hewan. Selain itu, penyakit ini biasanya menyerang pada anak-anak dan masih tergolong ringan.

Sebelumnya, ribuan ternak di Jawa Timur terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK). PMK merupakan penyakit hewan menular karena serangan virus ke ternak seperti sapi, kerbau, kambing, kuda, dan babi. Namun penyakit ini tak menular ke manusia.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Prof Wasito mengatakan, gajala paling umum dari ternak yang terinfeksi PMK ada demam dan pembentukan lepuh. Selain itu, bisul maupun koreng di mulut, lidah, hidung, kaki, dan puting. 

Bahkan, terdapat lesi di kaki dan sela jari kaki. Bagi ternak yang terinfeksi biasanya mengalami depresi, enggan bergerak dan hilang nafsu makan, sehingga menyebabkan penurunan produksi susu, turun berat badan dan pertumbuhan buruk. 

Meski wabah ini terjadi di Jatim, namun penularan PMK perlu diantisipasi agar tidak mewabah ke daerah atau provinsi lain. Karenanya, Wasito menyarankan agar tidak ada lalu lintas ternak antar kabupaten/kota di daerah sumber wabah.

Selain itu, lakukan pengawasan transportasi ketat, terutama kepada kendaraan dan manusia yang akan ke luar daerah wabah. Perketat pos-pos pemeriksaan lalu lintas hewan. Selanjutnya, segera dilakukan bio surveillance serentak pada semua hewan ternak.

Wabah PMK yang jangkiti ternak di Jatim jadi perhatian karena sejak 1990 Indonesia bebas penyakit mulut dan kuku. Jika kini terjadi wabah dan penularan masif, Wasito menengarai masuk dari impor ternak atau daging negara endemik PMK.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement