REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) mengajak generasi Z dan milenial untuk menyebarkan berita positif.
Tujuannya membatasi kelompok tertentu yang menjadikan medsos untuk ujaran kebencian dan menebar paham radikal terorisme.
Ujaran kebencian dan narasi radikal dapat melahirkan serigala tunggal (lone-wolf) dalam terorisme.
"Fenomena ini harus menjadi perhatian seluruh kalangan masyarakat," kata Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Mayjen TNI Dedi Sambowo, SIP saat webinar dengan tema "Kolaborasi Lakukan Kebaikan" yang diselenggarakan Humas BNPT, Selasa (26/4/2022).
Webinar dihadiri kalangan pelajar, mahasiswa dan beberapa perwakilan Kementerian/Lembaga.
Selain Dedi Sambowo sebagai narasumber utama,
webinar turut diisi peneliti dan pengajar tetap program vokasi Universitas Indonesia Devie Rahmawati, Co-founder sekaligus Executive Director Peace Generation Indonesia Irfan Amali, serta peraih Best of Learning and Education TikTok Award 2021 Vina Muliana.
Menurut Dedi Sambowo narasi positif melalui media sosial merupakan upaya yang efektif.
"Narasi positif di media sosial akan berdampak besar untuk Indonesia yang damai," tandas Sambowo.
Narasi positif menjadi tanggung jawab semua lapisan masyarat dan pemerintah. Pasalnya Indonesia yang damai adalah kebutuhan semua orang.
"Kolaborasi seluruh unsur termasuk di dalamnya pemerintah, akademisi, komunitas, media, dan pelaku usaha. BNPT menyebutnya sebagai semangat Pentahelix, ketelibatan semua pihak.
Maka tidak akan ada lagi ruang bagi narasi kebencian bernuansa radikal terorisme," papar Sambowo.
Sekretaris Utama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) secara khusus menyoroti perlunya keterlibatan generasi milenial dan generasi Z.
"Saat ini pengguna media sosial di Indonesia mencapai 191 juta orang, meningkat 12,35 persen dan didominasi generasi milenial dan generasi Z," jelas Sambowo.