REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin menargetkan pemberian vaksin kanker serviks atau Human Papilloma Virus (HPV) dapat menyasar seluruh daerah di Indonesia pada tahun 2023. Diketahui saat ini vaksin HPV masuk dalam program imunisasi dasar lengkap.
"Saya minta ke Pak Maxi Rein Rondonuwu (Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan) supaya tahun depan (vaksin HPV) harus sudah 100 persen (di seluruh kabupaten/kota)," kata Budi Gunadi dalam Konferensi Pers secara daring, Jumat (22/4).
Pemberian vaksin HPV berguna untuk menekan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia. Berdasarkan pemodelan yang dilakukan gabungan beberapa badan dunia, yaitu WHO, UNICEF, UNFPA, Bank Dunia, dan the United Nations Population Division menyebutkan AKI di Indonesia tahun 2017 adalah 177 per 100.00 kelahiran hidup.
Bila dibandingkan negara lain maka angka ini adalah cukup tinggi. Adapun, penyebab kematian ibu yang paling tinggi karena kanker serviks dan kanker payudara.
Pada tahun ini, selain vaksin HPV, terdapat juga dua jenis vaksin lain yang masuk program imunisasi lengkap. Dua vaksin tersebut yakni vaksin Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) dan Rotavirus. Vaksin PCV untuk mencegah pneumonia dan Rotavirus untuk mencegah infeksi radang lambung dan usus pada bayi
"Tadinya, ada 11 jenis vaksinasi untuk yang masuk kategori imunisasi dasar lengkap dan kemudian bertambah 3 jenis vaksin, yaitu vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus. Sehingga total ada 14 vaksinasi untuk imunisasi lengkap," jelas Budi Gunadi.
Budi mengatakan, ada dua problem besar di Indonesia. Pertama adalah kematian ibu dan yang kedua, kematian anak. Oleh karenanya, pemberian PCV dan Rotavirus sangatlah dibutuhkan.
"Infeksi yang terjadi pada anak paling tinggi adalah diare dan pneumonia. Begitu kami amati ternyata sudah ada vaksinnya. Jadi, untuk ibu kan yang breast cancer belum ada vaksinnya sedangkan cervical sudah ada yang HPV,\" terangnya.
"Sedangkan, untuk kematian anak yang tinggi karena infeksi pneumonia itu ada vaksin PCV dan diare itu ada Rotavirus. Ketiga jenis vaksin ini akan menjadi bagian dari imunisasi dasar lengkap."
Budi mengatakan, pemberian vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus dilakukan bertahap dan belum menyasar seluruh kabupaten/kota di 34 provinsi Indonesia.
"Sekarang apakah ketiga vaksin ini langsung dilakukannya? Yang PCV kan sudah tahun kedua ini, kita lakukannya sekarang sudah seluruh Indonesia, tapi kalau HPV sama Rotavirus ini yang pertama dilakukannya (baru tahun 2022), belum seluruh kabupaten/kota karena kami lakukan bertahap," tutur Budi.
"Pemberian vaksin jauh lebih efisien kalau kita lakukan intervensinya di hulu. Dalam 15 bulan pertama di Kementerian Kesehatan, saya melihat bahwa intervensi kesehatan yang lebih murah dan lebih efektif itu kalau dilakukan di hulu, bukan di hilir," sambungnya.
Sebelumnya, Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cissy Kartasasmita mengatakan, vaksin HPV memang seharusnya mulai diberikan pada anak yang berusia 9 tahun. "Vaksin itu memang harus sebelum ada aktivitas seksual karena menghambat masuknya virus HP ke genital," kata Cissy.
Vaksin HPV yang diberikan pada anak perempuan dapat melindungi dari kanker serviks yang mungkin muncul bertahun-tahun kemudian. Sementara bila diberikan pada perempuan dewasa dan sudah menikah, kemungkinan virus sudah masuk ke epitel vagina.
"Meskipun enggak ada gejala," ucapnya.
Pemberian vaksin HPV untuk anak 9-14 tahun, cukup divaksin sebanyak 2 kali dan anak di atas 15 tahun sebanyak 3 kali. Sementara untuk perempuan dewasa yang ingin melakukan vaksin harus memeriksakan vaginal swab terlebih dahulu.