REPUBLIKA.CO.ID, oleh Umar Mukhtar, Amri Amrullah, Alkhaledi Kurnialam
Setelah sepekan berlalu ketegangan di terjadi antara warga Palestina dan polisi Israel di kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, kekerasan terus bereskalasi. Namun, berbeda dengan sikap dunia terhadap invasi Rusia ke Ukraina, kali ini masyarakat dunia khususnya dunia Barat seakan bisu atas apa yang terjadi di Palestina.
Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh pada Kamis (21/4/2022) pun kembali menyerukan masyarakat internasional untuk mengakhiri standar ganda dalam menerapkan hukum internasional. Pernyataannya mengacu pada sikap Barat yang tegas memberikan sanksi ke Rusia atas invasinya ke Ukraina, tetapi mengabaikan kejahatan Israel terhadap Palestina.
Shtayyeh juga mendesak dunia internasional untuk memberikan perlindungan bagi rakyat Palestina. Dia mengatakan, Israel melanjutkan agresinya terhadap rakyat Palestina dan mengingkari hak-hak mereka yang sah.
"Terorisme negara yang terorganisir dan terlalu banyak kekuatan buta tidak akan berhasil menghalangi orang-orang kami untuk melanjutkan perjuangan membebaskan, memenangkan, dan membangun tanah mereka dengan negara merdeka dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya," kata dia seperti dilansir Wafa.
Shtayyeh juga mengungkapkan, Israel telah menargetkan rakyat Palestina di Jalur Gaza melalui serangan udara, melanggar kesucian Masjid Al Aqsa dengan menyerbunya berulang kali, dan kelanjutan pembunuhan serta serangan ke kota-kota, desa-desa dan kota-kota di semua wilayah pendudukan,
Pada Selasa (19/4/2022) pagi, Israel melancarkan serangan udara pertamanya dalam beberapa bulan terkahir ke Jalur Gaza. Serangan itu diklaim mereka sebagai respons atas serangan roket dari wilayah yang diblokade tersebut.
Aksi penyerangan dari Gaza terjadi setelah serangkaian aksi kekerasan terhadap warga Palestina selama beberapa pekan terakhir. Pasukan Israel banyak melakukan penyerangan, penangkapan, dan penggerebekan setelah adanya beberapa insiden penyerangan yang membunuh beberapa warganya.
Puncak ketegangan adalah ketika pasukan Israel menggeruduk Masjid Al-Aqsa pada Jumat (15/4/2022) pekan lalu, saat ribuan jamaah hendak menunaikan shalat Subuh. Kepolisian Israel mengklaim, mereka mulai menggeruduk Masjid Al-Aqsa setelah adanya sekelompok warga yang melemparkan batu ke arah ruang doa umat Yahudi di Tembok Barat.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Israel, lewat akun Twitter-nya, turut menyampaikan hal serupa. Pihak Kemenlu Israel mengatakan, puluhan pria bertopeng membawa bendera Palestina dan Hamas berbaris ke kompleks Al-Aqsa pada Jumat pagi. Mereka disebut mengumpulkan batu.
“Polisi dipaksa masuk ke halaman untuk membubarkan kerumunan dan memindahkan batu-batu tersebut, guna mencegah kekerasan lebih lanjut,” kata Kemenlu Israel.
Pada momen itulah bentrokan pecah. Lebih dari 150 warga Palestina mengalami luka-luka dalam kejadian itu.