REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka rapat kerja teknis (rakernis) gabungan beberapa satuan kerja (satker) di Rupatama Polri, Jakarta Selatan, Selasa (22/3/2022). Dalam arahannya, Sigit mengingatkan masing-masing satker untuk selalu bekerja secara beriringan dan bersinergi agar organisasi Polri menjadi lebih baik.
"Saya ingin mengibaratkan, ibarat organ tubuh maka di Polri ini ada berbagai macam unsur yang sudah diatur dimana seluruh organ tubuh ini bisa bekerja dengan baik apakah itu organ vital, panca indra, alat gerak sehingga tubuh kita yang bernama organisasi Polri ini betul-betul bisa berjalan dengan baik dan kuat," ujar Sigit, dalam keterangannya, Selasa (22/3/2022).
Sigit menuturkan, dengan kondisi tubuh yang prima dan sehat, maka Polri bisa menghadapi segala macam ancaman dan tantangan ke depan. Hal itu guna mewujudkan organisasi Polri yang Presisi dan sesuai dengan harapan masyarakat.
"Agar seluruh kebijakan nasional dan harapan masyarakat terhadap Polri bisa diwujudkan. Ini menjadi bagian yang kita semua harus memahami dan saling bersinergi menjaga kekuatan kesehatan yang ada sehingga warna dan persepsinya menjadi satu," ujar Sigit.
Sigit pun mengingatkan jajarannya untuk tak pernah lepas dan mengikuti perkembangan lingkungan strategis. Dampak situasi global saat ini, kata Sigit sangat luar biasa dan menimbulkan ketidakpastian.
Sigit mencontohkan bagaimana Pandemi Covid-19 berdampak ke seluruh negara di dunia dari sisi ekonomi maupun kesehatan. Kemudian invasi Rusia ke Ukraina juga menimbulkan dampak bagi Indonesia. Fenomena ini, harus dikelola dengan sebaik mungkin. Karena jika tidak akan menimbulkan gangguan kamtibmas.
"Kita akan memasuki bulan ramadhan dimana harga-harga komoditas dan bahan pokok akan naik. ini menjadi ancaman apabila tak bisa diatasi," tutur Sigit.
Selanjutnya, Sigit meminta jajarannya untuk mengetahui kerja makro dan mikro di lapangan. Kerja makro adalah hal besar dilaksanakan negara dan mikro hal-hal menjadi tugas pokok. Saat ini, kata dia, sedang berusaha terus menjaga pertumbuhan ekonomi kita berada di atas lima persen.
Pemerintah telah memberikan kelonggaran terhadap defisit negara dan mau tak mau hal itu harus dikembalikan dengan menjaga pertumbuhan ekonomi di atas lima persen.
"Refocusing membuat APBN kita menjadi kurang maksimal. Beban APBN menjadi berat dan mau tak mau pemerintah melakukan langkah dengan membesarkan sektor investasi. sektor investasi di angka 85 persen dan saat ini sedang dikawal dan bagaimana Indonesia menjadi tuan rumah G20 dan tentunya ini bagian upaya kita yang 85 persen bisa dilaksanakan maksimal," ucap Sigit.
Sigit mengatakan saat ini Indonesia tengah membangun pondasi menjadi negara maju. Salah satunya dengan merubah kebijakan dari negara konsumen menjadi produsen. Merubah kebijakan yang tadinya melepas ekspor material mentah, saat ini disetop dalam rangka membuka hilirisasi di dalam negeri.
"Transformasi yang ada di satu sisi suatu lompatan jika kita bisa melakukan, namun disisi lain ini berpotensi menimbulkan gangguan kamtibmas. Menjaga pondasi ini bisa kita bangun dengan sinergitas." kata Sigit.