Kamis 17 Mar 2022 19:03 WIB

Omicron di Jakarta: 1.477 Kasus Kematian, Separuhnya Belum Atau Baru Sekali Divaksinasi

Sebanyak 44 persen kasus kematian varian Omicron belum divaksinasi sama sekali.

Rep: Antara, Dian Fath Risalah/ Red: Andri Saubani
Warga berjalan di samping fasilitas cuci tangan yang rusak dan terbengkalai di Jakarta, Ahad (27/2/2022). Di tengah tingginya kasus COVID-19 varian omicron dan himbauan agar masyarakat mematuhi protokol kesehatan, justru banyak ditemui fasilitas cuci tangan yang terbengkalai dan tidak dapat digunakan.
Foto:

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof. Zubairi Djoerban menegaskan, penularan penyakit bahkan kematian karena Covid-19 pun masih akan mungkin terjadi bila nanti status endemi Covid-19 ditetapkan. Namun, ia tetap optimistis bila tren penurunan kasus terus berlangsung stabil, maka status endemi bisa dicapai Indonesia.

"Waktu itu kita yakin pasti sudah endemi. Namun tiba-tiba muncul mutasi baru Omicron. Jadi kita tidak menduga. Kita tidak berharap ada virus lagi yang lebih kejam dari Omicron. Sehingga tahun ini terakhir untuk menjadi endemi dan tidak muncul lagi varian lain yang lebih menyebar," tutur Zubairi.

Adapun terkait varian Covid-19 yang mengandung elemen Delta dan Omicron (Deltacron), menurut Zubairi, belum menjadi mutasi yang mengkhawatirkan. Hingga saat ini, varian Deltacron belum terdeteksi di Indonesia.

"Deltacron menyebar ke banyak orang lain. Namun jumlah orang dengan Deltacron tidak terlalu banyak. Belum masuk perhatian dan kekhawatiran kita," kata Zubairi.

Zubairi mengatakan Deltacorn merupakan varian kombinasi dari Delta yang memiliki karakteristik memicu kesakitan dengan gejala berat sementara Omicron sangat mudah menular. Kombinasi keduanya, kata Zubairi, sangat mudah menembus pertahanan imun seseorang kemudian menaikkan kegawatan gejala saat tertular.

"Untungnya, tidak demikian yang terjadi. Tidak terlalu menyebar dan tidak amat mematikan," ujarnya.

 

Secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan situasi pandemi Covid-19 saat ini masih didominasi varian Omicron beserta sejumlah subvariannya. Pihaknya belum mendeteksi kemunculan Deltacron di Indonesia.

"Hingga saat ini, pemerintah belum mendeteksi kasus varian Deltacron di Indonesia dan kita terus akan memantau," katanya.

Meski demikian, Subvarian Omicron BA.1 masih mendominasi di Tanah Air. Hingga 15 Maret 2022, tercatat ada 668 kasus akibat penularan subvarian Omicron BA.2 di Indonesia.

"Di data nasional kita secara umum itu BA.2 sudah 668, BA.1 itu paling banyak yang menyebabkan terjadinya peningkatan kasus. Ini secara kumulatif dari Januari sampai dengan Maret itu ada 5.625 kasus," katanya.

 

 

 

photo
Sistem bubble pengendalian Covid-19. - (Republika.co.id)

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement