REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Muh Akmal Ahsan, Ketua Umum DPD IMM DIY
Sudah 58 tahun Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) hadir menjadi bagian dari gerakan mahasiswa Indonesia. Semua bentuk pergumulan dan pergolakan telah berjubal menemani proses perjalanan sejarah yang telah dialami ikatan ini. Kini, di usia yang tiada lagi belia, kita mesti terus bertanya; di mana batang tubuh sedang berdiri dan ke mana ikatan ini selanjutnya akan berlayar pergi?
Salah satu isu yang perlu diulas adalah menyangkut persatuan ikatan. Di satu sisi, persatuan tidak akan terwujud jika warga ikatan berkonflik tiada ujung. Di sisi yang lain, tiadanya persatuan akan berdampak pada kemandegan agenda ikatan.
Persatuan memang tidak selalu berdampak positif dan produktif. Hal ini terjadi karena persatuan hanya menjadi genangan beku, dan bukan arus gelombang yang maju. Oleh karenanya, selain membangun persatuan, agenda strategis lain yang perlu dilakukan adalah menyusun agenda yang berkemajuan.
Membangun Persatuan
Menjadi jembatan pemersatu memang bukan perkara mudah, sebab harus menghubungkan dua tempat berbeda yang sering diinjak-injak. “Kalau tidak kuat, maka akan roboh,” demikian kata Ayahanda Haedar Nashir. Meski begitu, kerja-kerja membangun integrasi sosial di dalam ikatan harus terus diusahakan. Mengapa perlu membangun persatuan, kita bertanya demikian.
Pertama, melalui persatuan, keutuhan ikatan dimungkinkan. Keutuhan memungkinkan daya serap energi yang besar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ikatan. Tanpanya, kita tidak mungkin fokus pada gerak produktif sebab kita sibuk dalam riuh konflik yang centang perenang.
Kedua, lewat persatuan, kenyamanan ikatan dapat dirasakan. Melalui iklim yang kondusif, pelaksanaan kegiatan ikatan bisa dirayakan dengan gembira. Kita berbuat dengan hati yang riang dan gempita. Sebaliknya, bila kenyamanan raib, kita akan hidup dalam suasana ikatan yang galau, bingung, serta penuh ketegangan.
Ketiga, melalui persatuan, kemajuan mampu dilaksanakan secara produktif. Suasana keterbelahan di dalam ikatan akan membuat kita lupa bergerak maju ke depan. Kita akan selalu hidup dalam gulita perpecahan, kubangan pertikaian yang tidak berujung, dan dendam yang melelahkan.
Bagaimana persatuan ini dilaksanakan? Utamanya ialah dengan mengeliminasi kebencian, sikap destruktif, dan kepentingan individu yang ekstrem. Semua pihak di dalam ikatan seharusnya mampu hidup laksana rumpun bambu; bergesek tapi tetap padu.
Keragaman pikiran dan sikap tentu wajar belaka, namun perbedaan tersebut jangan sampai berdampak merusak. Sebaliknya, perbedaan itu harus dikelola produktif. Para kader di struktur kepemimpinan ikatan jangan sampai menghindari konflik, lari dari persoalan. Kader harus mampu mengelola persoalan dan bertanggung jawab menyelesaikan konflik ikatan.
Ikatan yang Berkemajuan
Beberapa langkah penting untuk membangun agenda ikatan yang berkemajuan ialah: pertama, kesadaran. Membangun kemajuan ikatan harus dimulai dari kesadaran untuk selalu bergerak dinamis. IMM bukan sekadar gerombolan manusia individu yang menganggur, tetapi kumpulan individu yang berhimpun untuk mewujudkan cita-cita bersama. Tiap-tiap individu di dalam ikatan harus menyadari dirinya sebagai makhluk dinamis (inner dynamic), yakni manusia yang terus melangkah, bergerak maju ke depan.
Kedua, pembangunan kepribadian. Watak berkemajuan itu harus melekat dalam jati diri warga ikatan. Tiap kader IMM harus menyadari peran strategis dirinya dalam membopong ikatan. Kesadaran tersebut mendorong dirinya untuk terus bersemangat melakukan tindakan-tindakan produktif bagi upaya mencapai tujuan ikatan. Warga ikatan harus terus menyerap dan mengembangkan daya kreatif, inovatif, dan watak hidup dinamis.
Ketiga, perencanaan strategis. Kemajuan jangan sampai berhenti di aras khayalan belaka. Ia harus terwujud dalam perumusan agenda strategis. Warga ikatan harus terus membangun budaya pergerakan yang terukur. Melaksanakan kegiatan dengan perencanaan yang efektif dan efisien serta menyerap semua tenaga yang ada di dalam ikatan.
Keempat, budaya berbuat dan bertindak. Seraya keran dialog terus dibuka, budaya berbuat dan bertindak juga harus terus dilaksanakan. Kader ikatan harus mampu menyerap spirit think big do small (berpikir besar dan berbuat dari hal kecil). Suasana ikatan jangan sampai berhenti dalam budaya verbalisme belaka, tapi buntu dalam laku tindakan. Ucapan jangan sampai pecah kongsi dengan tindakan.
Kelima, mencintai ikatan. Dengan perasaan cinta pada ikatan, kecemasan akan berkurang, mekar kebahagiaan dan motivasi bergerak akan lebih langgeng. Tanpanya, bergerak di ikatan akan menjadi kegiatan teknis-operasional belaka, laksana mesin robot tanpa perasaan.
Simpulan
Ujung dari ulasan ini adalah harapan bahwa solidaritas dan konsolidasi organisasi terus terjalin, membentuk kekuatan yang padu, energi yang padat dan kukuh, seraya dengan itu gumpalan energi itu mampu terwujud dalam gelombang gerakan yang produktif dan maju sehingga demikian IMM terus diharapkan mampu membawa kemanfaatan dan pencerahan di segala aspek kehidupan publik, khususnya di ranah kemahasiswaan, keagamaan dan kemasyarakatan.